Halaman

cerpen

Jamu Gendong

            Di sebuah rumah di pinggir kota. Rumah tersebut jauh dari kesan mewah karena dindingnya saja terbuat dari bambu dan atasnya atap dari daun. Di rumah ini tinggal seorang ibu dan kedua anaknya. Salah satu anaknya ialah sebut saja namanya tina. Tina seorang gadis yang rajin dan pintar, di sekolah dia sering mendapatkan juara kelas dan mendapat beasiswa. Begitu pula dengan adiknya. Selain itu mereka berdua juga rajin membantu ibunya berjualan makanan di pasar maklumlah sejak ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu ibunya lah yang membiayai kedua anaknya yakni tina dan adiknya.
            Tak terasa tina telah lulus SMA dan dia ingin melanjutkan ke perguruan tinggi tetapi ibunya melarangnya karena tidak adanya biaya serta adiknya masih sekolah dan butuh biaya.
            “ bu….” Tanya tina pada ibunya.
            “ ya ada apa tin?” jawab ibunya.
            “ sekarang aku kan udah lulus SMA ini bu, aku pengen melanjutkan ke perguruan tinggi gimana bu?” Tanya tina meminta pendapat ibunya.
            “ ya tin, kamu tahu sendiri ibu cuma jualan makanan kecil di pasar mana cukup buat biaya kamu belum lagi adikmu juga butuh biaya” jawab ibunya
            “ tapi bu, tina pengen banget dan tina akan sambil kerja” kata tina semangat
            “ emangnya kamu mau kerja apa dan apa kamu tidak capek?” Tanya ibunya.
            “ ya gak tau bu mau kerja apa, kalau urusan capek kalau di niatkan pasti gak capek bu!” kata tina lagi
            “ terserah sama kamu ajalah!” jawab ibunya ragu
            Tak lama kemudian ada seorang tukang jamu gendong lewat dia biasa di panggil mbak iyem. Dia serin sekali berjualan di daerah tempat tinggal tina dan lewat depan rumahnya.
            “ jamu…jamu, jamunya pak, bu, mas mbak…” teriak mbak iyem menjajakan jamunya.
            “ nah… bu aku ada ide” kata tina sedikit agak keras
            “  ide apa ya tin, kamu ngaget-ngagetin ibu saja” jawab ibunya.
            “ ini bu idenya apa aku jualan jamu saja kayak mbak iyem itu ya kan bu?” tina minta pendapat ibunya.
            “ apa kamu tidak malu nanti kalau kamu kuliah jualan jamu?” kata ibunya.
            “ kenapa harus malu bu, namanya kerja kan yang penting halal ya kan bu?” jawab tina bersemangat.
            “ emangnya kamu bisa buat jamunya?” Tanya ibunya.
            “ ya gak bisa bu, oh ya minta ajari mbak iyem aja udah dulu ya bu aku mau ngejar mbak inem keburu jauh.” Kataku sambil berlari keluar.
            “ ya hati-hati!” kata ibu
            Semenjak saat itu tina minta ajari membuat jamu sama mbak iyem dia berusaha keras agar bisa karena dia ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Setelah bisa di pun kuliah sambil berjualan jamu. Banyak orang memandangnya sebelah mata dan tidak sedikit yang mencibirnya sebagai tukang jamu dan juga mengganggunya.
            “ jamu…jamu… pak, bu, mbak, mas jamunya” teriak tina menjajakan jamunya
            Tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah kanan tepatnya di sebuah pos ronda tempat ini memang banyak orang duduk-duduk terutama kaum pria. Dan tina mendekatinya.
            “ jamunya mas?” kata tina menawarkan jamu pada seorang pria di pos ronda itu.
            “ iya mbak” jawab pria itu
            “ mau jamu apa mas?” Tanya tina
            “ jamu apa saja lah mbak!” jawab pria itu lagi
            “ lah kok jamu apa saja sih mas?” Tanya tina lagi.
            “ kalau ada jamu kuat mbak!” jawab pria lain yang ada di situ.
            “ oh… jamu kuat ya!” kata tina
            “ iya mbak kalau bisa sambil nyoba bener-bener kuat gak!” kata pria itu.
            “ ha…ha…ha” terdengar ketiga pria itu tertawa.
            “ ya nanti coba mas-mas angkat batu itu!” jawab tina sambil menunjuk ke sebuah batu.
            “ mbak bukan kuat ngangkat-ngangkat tapi tau sendiri lah mbak!” kata pria itu.
            “ ya nyobanya sama istrinya masing-masing lah mas-mas” jawab tina
            “ ya gimana kalau belum punya istri?” Tanya pria itu.
            “ ya gimana masnya ini belum punya istri beli jamu kayak gini!” kata tina
            “ ya gimana mbak orang kepengen” kata pria tadi.
            “ ya beli jamu yang lain, mas kalau kepengen ya nikah!” kata tina.
            Tina pun memberikan jamunya kepada pria tadi sesuai dengan pesanan mereka. Setelah itu mereka membayar jamunya dan tina pun pergi. Kadang-kadang ada pula yang ngutang sampai tidak bayar. Untung jual jamu tidak seberapa tapi tina bisa melanjutkan keperguruan tinggi dia sudah sangat senang. Walaupun kadang-kadang teman-temannya sering mengejeknya tapi ada juga teman yang lain salut padanya dan menjadi langganannya.
            Sampai pada suatu ketika dia telat masuk kuliah. Karena berjualan jauh dan jalanya macet.
            “ permisi pak, maaf saya terlambat pak!” kata tina pada dosen.
            “ habis keliling tuh jualan jamu gendong…!” kata salah satu teman tina di kelas
            “ ha…ha…ha…ha…” terdengar sura gaduh semua mahasiswa tertawa.
            “ harap tenang ini ruang kelas bukan pasar, silahkan duduk tina!” kata dosen menenangkan mahasiswa dan mempersilahkan tina duduk.
            “ terima kasih pak” jawab tina seraya duduk.
            “ huuuuuuuuuuuuuu” teriak mahasiswa
            “ diharapkan tenang” dosen mencoba menenangkan kembali.
            Begitulah hari-hari tina, ia lalui dengan sabar. Berjualan jamu gendong sambil kuliah banyak orang menyangka dia tidak akan berhasil. Dia lulus dengan nilai terbaik dan juara umum. Banyak orang tak menyangka akan hal itu dan menyandang gelar dokter umum. Suatu ketika ada seorang pasien datang.
            “ silahkan duduk pak!” kata tina pada seorang pasien pria
            “ iya dok, loh mbak tina yang jualan jamu itu kan?” kata pasien tersebut dengan memandangi wajah tina.
            “ bapak masih ingat sama saya kalau begitu alhamdulilah masih ada yang peduli sama saya” jawab tina
            “ sekarang jadi dokter ya, gak jualan jamu lagi ya?” Tanya pasien itu lagi.
            “ ya gak lah pak, tapi kalau bapak mau jamu nanti saya buatkan gratis buat bapak, silahkan pak saya periksa!” jawab tina.
            “ dokter ini bisa saja” kata pasien tersebut.
            Inilah hari-hari tina dilalui dengan menjadi seorang dokter.

Sahabat yang pergi

            Di pagi hari di sebuah lorong sempit aku berjalandengan cepatnya karena sahabatku telah menungguku di depan lorong untuk pergi bersama ke sekolah.
            “ hai, cepat sedikit lama banget entar kita telat “ kata doni
            “ ia gak sabar banget sih!” jawabku
            Doni adalah sahabatku dari sekolah dasar, kami sering bersama tapi dia adik kelasku sebut saja namaku Diana.
            Doni berkata, “ kamu ngapain aja sih di rumah, dandan lama banget cantik juga gak!”
            “ biarin aja gak cantik yang penting rapi dan bersih, gak seperti kamu!” jawabku ketus.
            Tak terasa sambil ngobrol-ngobrol kami sampai di sekolah tepat pada saat bel berbunyi.
            “ sampai nanti ya hantu banyu” doni berkata sambil mengusap kepalaku.
            “ ya burung betet !!!” jawabku sedikit marah.
            Kami pun masuk kedalam kelas dan memulai pelajaran. Pelajaran pertama bahasa Indonesia pelajaran yang aku sukai karena ibu gurunya baik .
            Tak terasa bel istirahat berbunyi semua murid di setiap kelasberhamburan keluar tidak terkecuali doni ia ada di depan kelasku.
            “hai, hantu banyu ayo keluar” dia menyapaku dengan tersenyum.
            “ iya burung betet sabar sedikit sih gak sabaran banget, hidung aja yang gede!!!” jawabku dengan sedikit geram.
            Akupun segera keluar untuk menemuinya karena terlihat sangat kesal di wajahnya.
            “ kamu mau ngomong apa don?” aku bertanya kepadanya
            “ oh ya di, entar pulangnya aku gak bisa pulang bareng sama kamu karena aku ada tugas kelompok jadi aku harus mengerjakannya” kata doni.
            “iya baiklah aku bisa pulang sendiri kok” jawabku dengan nada sedih.
            “Dan jangan lupa bilang juga sama ibuku ya di ?”.
            “Oke deh !”
            “ Udah dulu ya bel sudah berbunyi aku masuk dulu “kata doni sambil pergi meninggalkan ku”.
            Akhirnya akupun pulang sendirian karena sahabat ku doni pergi tidak langsung pulang, ia mengerjakan tugas kelompok.
***
            Pada malam hari seperti biasa sesudah belajar aku sering duduk di teras depan, biasanya sih sama doni tapi malam ini tidakkarena dia tidak datang.
            Dalam hatiku bertanya kenapa dia tidak ada, biasanya kalau belajar biasanya dia selalu datang kenapa ini tidak perasaanku semakin tidak enak rasanya. Tba-tiba aku terkejut, aku terbangun dari lamunan ku ternyata itu ibunya doni dia menanyakan apakah ada doni di rumah mu din?
            “tidak bu”
            “ dia belum pulang sampai sekarang” jawab ibunya doni dengan nada cemas.
            “ jadi dono belum pulang bu tapi tadi dia bilang sama dina mau kerja kelompok” jawabku.
            Kami pun bersama-sama mencari doni, ternyata terdengar kabar bahwa doni tadi siang berenang dan dia tenggelam dan belum di temukan.
            Mendengar kabar itu ibunya doni langsung pingsan. Akupun hanya bisa duduk dan terdiam tak terasa air mataku jatuh bercucuran hatiku sangat sedih sekali sahabat yang aku sayangi pergi meninggalkanku.
            Keesokan harinya doni ditemukan jasadnya, aku tak sanggup melihatnya karena tubuhnya pucat dan membiru.
            Akupun tidak sekolah dan teman-teman doni banyak yang datang untuk mendoakannya. Aku tak bisa menahan kesedihanku sehingga air mataku terus jatuh bercucuran hingga mengantarkan jenazahnya ke pemakaman.
            Aku pun melihat dia di makamkan rasanya aku tak percaya doni begitu cepat meninggalkanku.


PERTEMUAN TERAKHIR



            Di pinggir sungai musi aku duduk terdiam sendiri. Tak menghiraukan kegaduhan di sana sini. Yang terasa hanya angin berhembus menerpa kulit. Aku tak tak tahu apa yang sedang aku pikirkan seakan-akan aku melupakan sesuatu yakni tujuanku datang kemari.
            Tak terasa lamunanku semakin jauh dan tiba-tiba ada yang berteriak memanggilku. “ Ha…na…” teriak seorang lelaki dari kejauhan.
            Aku tak tahu siapa dia dan dia semakin mendekat ke arahku. “ Hai Hana apa kabarmu kemana saja kamu selama ini aku cari ke rumahmu katanya kamu gak ada katanya kerja, kamu kerja dimana?” kata orang itu nyerocos dan aku hanya bisa diam karena aku tak tahu siapa dia.
            “ Hai, hana di tanya kok diam saja!” tanya orang itu dengan keras.
            “ ya”, aku menjawab dengan agak gugup.
            “ Oh, ya saya lupa mengenalkan diri, saya heri teman sekelasmu saat SMA “ lelaki itu memperkenalkan dirinya.
            “ heri… heri…” jawabku
            “ ya hana kamu ingat?” dia berusaha mengingatkan ku
            “ heri, kamu heri gunawan ya?” jawabku lantang dan semua orang melihat ke arahku dan aku jadi malu.
            “ ya…….” Jawabnya tak kalah lantangnya dan semua orang seperti berbisik-bisik membicarakan kami berdua.
            “ katanya kamu karja Hana, kamu kerja dimana?” tanya heri
            “ aku malu her, menyebutkannya” jawabku.
            “ ayolah beri tahu di mana?” tanya heri memaksa dan aku tak kuasa menolak memberi tahunya.
            “ ya, aku bekerja di perusahaan pertambangan” jawabku
            “ di bagian apa?” tanya heri lagi mencari tahu.
            “ kantor!” jawabku
            “ ah, kantor kalau begitu sama kenapa kita gak pernah ketemu ya?” jawab heri semangat.
            “ ya gak tahu lah mungkin tempat kita berbeda”
            “ berbeda, memang kamu di kantor mana”
            “ kantor pemasaran “ jawabku gugup.
            “ kalau begitu sama, aku juga bagian pemasaran, tapi kamu sebagai apa?” tanya heri.
            “ Aku… aku malu her!” jawabku dengan sedikit menunduk.
            “ kok ngomong malu lagi sih, kenapa harus malu kan namanya pekerjaan apalagi di kantor kerjanya kenapa harus malu!” kata heri menasehatiku.
            “ kalau begitu kamu duluan aja her yang bilang kamu sebagai apa?” aku membalik pertanyaan.
            “ aku bekerja sebagai manajer pemasaran, kalau kamu?” jawab heri dengan bertanya kepadaku.
            “ berarti kata teman-taman seprofesiku bos yang ganteng itu heri” kataku dalam hati.
            “ han, hana…” kata heri membangunkan lamunanku.
            “ ya her, ada apa?” jawabku seperti orang bego’k.
            “ Hana kamu kan belum menjawab pertanyaanku?” tanya heri.
            “ ya her aku cuma cleaning servis kok!” jawabku
            “ oh gitu ya, tapi kok gak pernah ketemu ya, kamu gak pernah keruangan saya ya?” tanya heri.
            “ pernah kok her tapi sore mungkin kamu udah pulang” aku mencoba menjelaskan.
            “ oh seperti itu ya pantes aja gak ketemu, besok kamu kerja kan?” tanya heri.
            “ ya iyalah namanya juga cleaning servis ya kerja terus” jawabku.
            “ jangan gitu lah kamu ini ngerendah terus, berarti bisa ketemu donk!” kata heri.
            “ apa ketemu ama kamu, gak mau ah!” jawabku
            “ kok gak mau sih, masak ketemu bos ganteng gak mau!” kata heri menggodaku.
            “ ih, ganteng apaan GR kamu!” jawabku
            “ biarin, emang iya kan?” kata heri menggodaku.
            “ ha…ha…ha…” kami berdua pu tertawa bersama-sama.
            “ sebenarnya kamu ada di sini ngapain ?” tanya heri.
            “ oh ya aku lupa aku mau ngapain tadi ya habisnya di sini enak banget!” jawabku.
            “ kok bisa lupa mau ngapain sih!” kata heri
            “ oh ya aku mau ke kantor pos kirim uang” jawabku
            “ kenapa gak lewat bank aja kan lebih cepat”
            “ kan kamu tahu sendiri di daerah kita belum ada bank ya kan?” jawabku
            “ iya ya, mau di temenin gak nih?” kata heri menawarkan diri.
            “ ya boleh ayo, siapa sih yang gak mau di temenin sama bos ganteng” jawabku.
            “ ha…ha…ha…” heri tertawa dan aku pun ikut tertawa.
            Kami pun berjalan bersama menuju ke kantor pos. Di perjalanan ada yang mengikuti kami dan ternyata itu perampok yang mengintai dan mendengarkan obrolan kami berdua dari tadi dan dia menodongkan pisau.
            “ serahkan uangmu!!!” kata perampok itu.
            “ enak saja kalau mau uang bekerja” jawab heri  sambil mencoba melawan tetapi dia kalah dan dia tertusuk pisau. Setelah menusukkan pisau perampok itu langsung kabur. Aku pun mencoba menolong heri yang bersimbah darah dan berteriak sekencang-kencangnya untuk minta pertolongan. Pertolongan pun berdatangan dan mobil ambulans pun datang. Memang kata orang di daerah itu rawan. Sebelum sampai di rumah sakit heri pun meninggal dan aku pun tidak dapat memaafkan diriku sendiri karena dia mati karena mencoba menolongku. Begitu pula orang-orang di tempat kerjaku, tidak hanya itu saja orang tua herin juga menyalahkanku dan yang lebih menyedihkan lagi aku di pecat dari pekerjaanku. Itulah pertemuan terakhirku dengan heri.
Pangeran Maut



Disebuah rumah yang tak begitu besar terdapat beberapa kamar yang di tinggali oleh beberapa gadis cantik rumah ini disebut tempat kost. Di sini ada lima gadis cantik yang saling bersahabat. Mereka berlima satu almamater tetapi beda jurusan. Andini salah satu dari kelima gadis ini ialah gadis yang tomboy. Maklumlah ia kuliah jurusan teknik mesin. Nora seorang cewek yang manja karena anak tunggal dari keluarga kaya tetapi tidak sombong. Ada tiga gadis lagi yakni Novita, Melinda, dan nina. Di pagi terdengar rebut-ribut dari arah belakang tepatnya kamar mandi maklum di kost-an ini hanya ada satu kamar mandi. Lain dengan Nora kamar mandinya di dalam kamar maklum anak orang kaya, karma kamar kost yang ada kamar mandinya agak lebih mahal.
            “Melinda…cepet sedikit gue telat nih!” teriak andini dengan keras sambil menggedor-gedor pintu.
            “sabar sih, lagi nanggung nih!”jawab Melinda
            “sabar-sabar gue bisa telat, hari ini gue ujian praktek, dosennya galak lagi”
            “itu sih derita loe, siapa suruh bangun kesiangan”
            Tak lama mereka berdebat di depan kamar mandi datanglah Novita dengan membawa baskom cucian.
            “novita cucian loe banyak banget, loe gak nyuci satu bulan ya, emang loe gak kuliah apa?”Tanya Andini pada novita yang lagi asyik menyikat cucian kotor.
            “aduh loe nanya apa nanya sih kayak kereta api nyerocos aja, gue kuliah siang tau!” jawab novita ketus.
            “ditanya malah marah-marah biasa aja dong!”jawab andini sedikit kesal.
            Tak lama kemudian Melinda keluar dari kamar mandi. Dan terdengar suara mobil datang.
            “cepetan minggir!” andini berkata sambil mendorong Melinda keluar kamar mandi.
            “biasa aja dong…!” teriak Melinda sedikit kesal
            Setelah itu terdengar suara klakson mobil. Dan tak lama nora keluar dari kamarnya dan berteriak agar mobil itu menunggu.
            “mel, entar gue pulang malam tolong bilangin ya sama ibu kost, nie gue nitip kunci ya …”kata nora sambil memberikan kunci kamarnya.
            “emangnya loe mau kemana?” Tanya Melinda .
            “biasa mau pergi jalan – jalan lah!”
            “sama siapa, sama beni ya?”
            “ ya gitu deh” jawab nora sambil melangkah pergi.
            Tak lama nora melangkah pergi dan suara mobil pun berlalu begitu cepat. Dan andini pun keluar dari kamar mandi.
            “tadi nora ya mel, dia mau pulang malem lagi ya?” Tanya andini
            “ya gitu deh, anak itu emang gak ada kapoknya”
            “ya gimana lagi susah di bilangin sih orangnya”
            “ya emang begitu anaknya maklum orang kaya” novita sedikit menyela pembicaraan.
            “ nyambung aja loe nyuci, nyuci aja!” jawab Melinda dan andini kompak.
            “ jahat banget sih kalian ini Cuma ngomong gitu aja” novita berkata dengan sedikit nada sedih.
            “ udah jangan nangis entar dikasih susu” celah andini sedikit bercanda
            “ha…ha…ha…” mereka tertawa bersamaan.
            “udah ah… gue mau berangkat entar gue telat lama-lama ngobrol sama kalian” cela andini sambil berjalan pergi.
            “dasar… dia yang telat kita disalain!” kata Melinda kesal.
            “udah santai aja lagi, kayak gak tau andini aja” novita mencoba menenangkan suasana.
            “ oh ya nov, nina mana kok gak kelihatan sih gak biasanya!tanya Melinda soal nina.
            “biasalah masih terguling di kamarnya”jawab novita .
            “apa… masih tidur gak salah, mau jadi apa itu orang apa dia gak kulih?” jawab Melinda sedikit kaget.
            “katanya sih gak ada kuliah hari ini, maklumlah kayak gak tau dia aja hobinya kan online terus kadang  sampai gak tidur semaleman” jawab novita
            “parah banget itu anak, temen kita pada aneh-aneh ya!”
            “kita, loe aja kaleee gue gak!
            “sialan loe!”
            Merekapun tertawa bersama-sama dan tak terasa waktu berlalu mereka pun mulai berangkat kuliah yang pasti kecuali nina karena dia baru bangun.

            Tak terasa malam pun tiba tetapi nora tak kunjung pulang-pulang juga. Ibu kost yakni bu rahayu bolak balik ke depan untuk melihat nora pulang apa tidak.
            “bu, nora belum pulang juga ya bu!” Tanya Melinda kepada ibu kost.
            “belum mel, kamu tau kemana nora pergi, emangnya tadi dia gak bilang apa mau pergi kemana?” kata ibu kost agak cemas.
            “gak bu dia Cuma bilang sama saya mau jalan-jalan sama beni bu!” jawab Melinda.
            “bu, saya sudah hubungi handphonenya tapi gak aktif bu!” kata andini menyela pembicaraan ibu kost dan Melinda
            “apa kamu udah hubungi handphone beni an!” Tanya Melinda untuk memastikan.
            “udah kok mel tapi gak aktif juga, gimana nih!” jawab andini sedikit panik.
            “aduh gimana ibu sih percaya aja sama nak beni karena kelihatannya baik dan klu ngajak pergi nora pasti diantar pulang dan baru hari ini gak pulang-pulang, bagaimana saya jawabnya sama ibu dan bapaknya kalau anaknya gak pulang-pulang” kata ibu kost sedih.
            “tenang bu, nanti nora juga pulang, ibu sabar ya…” andini dan Melinda mencoba menenangkan ibu kost.
            Tak lama kemudian novita dan nina keluar dari ruang tengah dan berkumpul di depan rumah.
            “mel nora belum pulang juga ya?” Tanya novita
            “ belum nov, gak tau deh dia kemana?”
            “iya ya, udah hampir tengah malam begini dia belum pulang biasanya jam delapan udah pulang” kata nina menambahkan.
            “ibu istirahat aja ya kan udah malam kami aja yang nunggu nora pulang”kata Melinda menasehati ibu kost.
            “iya kalau begitu terima kasih ya ibu istirahat dulu”
            “iya bu, sama-sama” jawab mereka berempat.
            Tak terasa waktu pun telah berlalu dan keadan kost-an itu sangat memprihatinkan karena mereka pergi kesana kemari mencari nora, Hari pun berganti tak terasa sudah tiga hari nora tidak pulang. Di hari keempat, keempat teman-teman nora menonton televisi dan melihat katanya ada mayat di temukan di semak-semak tanpa identitas.
            “mel, mayat itu kayak nora deh!” kata nina melihat tv secara seksama.
            “iya ya, gue lihat dari bajunya klu gak salah di pakai baju itu deh, novita” kata Melinda berteriak memanggil novita.
            “iya ada apa” jawab novita
            “itu bener gak baju yang di pakai sama nora pergi kemarin” Tanya Melinda pada novita
            “iya mel, berarti itu mayat nora dong!” jawab novita
            Setelah mendengar pernyataan itu Melinda langsung pingsan. Tak lama itu mereka mendatangi kantor polisi dan melaporkan kejadian itu. Tak lupa pula mereka memberi tahu orang tua nora bahwa nora meninggal akibat dibunuh. Orang tua nora shok berat karena nora adalah anak satu-satunya. Tak lama selang beberapa hari pembunuh nora di temukan, pembunuhnya adalah beni kekasih nora sendiri karena beni dendam. Ayah nora telah mengakibatkan ayahnya bangkrut dan meninggal karena serangan jantung. Meninggalnya nora membuat mereka berempat diliputi sedih yang mendalam karena mereka telah bersama-sama sejak lama dan bersahabat tidak hanya itu mereka seperti saudara dan sekarang mereka tinggal berempat.



CERPEN :
DIANTARA DUA PILIHAN
Karya:susanti

                Udara pagi terasa sejuk,mentari yang baru munculpun terasa hangat saat membelai kulit. Begitu juga dengan orang-orang yang ada disekitar Andi. Semuanya pada sibuk beraktifitas dengan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan Andi pekerjaannya hanya makan tidur setiap hari. Andi merasa malu dengan semua orang,apalagi kalau andi bertemu dengan teman sekolahnya. Teman-teman sudah pada bekerja semua.
            Andi sewaktu masih sekolah SMA orangnya rajin,sering mendapat peringkat dikelas,malah dikatakan oleh teman-temannya murit yang sangat disayangi oleh semua guru disekolah. Tapi mengapa setelah Andi lulis dari SMA Andi bingung ingin melanjutkan kemana setelah dua bulan  imenjadi pengangguran. Niat Andi didalam hati, Andi ingin melanjutkan keperguruan tinggi,tapi Andi sadar dengan situasi dan kondisi kedua orang tuanya, yang hanya bekerja sebagai petani untuk mencsri msksn setiap hari saja susah ,apalagi sku harus kuliah kata Andi. Andi beranjak dari teras rumah pindak duduk dikursi ruang tamu sambil memikirkan masa depannya nanti. Lalu terdengar suara ibunya memanggil Andi... Andi...ndi...”ya bu, ada apa?” Kata Andi, ini nak, kita makan siang dulu, Andikan belum makan dari pagi, kata ibu Andi. Ya bu,Andi kembali bertanya kepada ibunya “bapak kemana bu?”ibunya menjawab”bapakmu belum pulang nak masih di kebun, mungkin bapakmu pulangnya sore”. Makanlah Andi bersama ibunya.
 Selesai dari makan ibu dan Andi istirahat sambil menonton TV. Ibunya bertanya lagi dengan Andi, “Nak, apa yang dipikirkan nak Andi tadi, kelihatannya nak Andi lagi ada masalah,masalah apa? Tolong cerita dengan ibu”. Andi menjawab “ya bu, Andi juga bingung mau menjelaskan dengan ibu”. Andi sekarangkan bu sudah sebulan lebih, lulus dari SMA, sekarang Andi ingin melanjutkan keperguruan tinggi, sekiranya ibu dan bapak setuju?”
 Ibu langsung menjawab pertanyaan Andi,nak...apa nak Andi tidak lihat dengan kondisi kita sekarang, mana bisa ibu dan bapak membiayai kamu kulia, kulia itu nak membutuhkan uang yang cukup banyak belum mau membiyai adikmu juga yang baru masuk sekolah SMP. Serta ibu dan bapak mu sudah tua, saran ibu kalau bisa nak Andi harus cepat-cepat menikah, agar nantinya istrimu bisa membantu ibu di rumah, dan ibu juga ingin memilliki cucu dari anakmu. Andi kaget mendengar ucapan ibunya seperti itu. Andikan belum siap bu untuk menikah, lagian Andi belum mempunyai pengalaman dalam berpacaran. Jadi, bagaimana mungkin Andi secepat itu untuk menikah. Tapi tunggulah bu dengan sabar, insya Allah suatu saat pasti Andi menikah,kata Andi.
 “Tapi nak, ibu ingin Andi menikah dengan anaknya pak Amin namanya Julia”, kata ibu. Karena Julia itu menurut ibu dan tetangga Julia juga, Julia itu orangnya baik,ramah, salihah, dan suka menolong orang lain. ibu ingin memiliki menantu yang baik seperti Julia.
” Ya tunggulah bu, Andi mau mencari kerja dulu, kalau Andi sudah mendapat pekerjaan, nanti Andi berusaha untuk menjadikan Julia sebagai istri”, kata Andi.
Seminggu kemudian, Andi melamar kerja disalah satu perusahaan yang ada di kota Jakarta, namanya perusahaan rokok. Tiga hari ikut tes, dan alhamdulilllah Andi diterima di perusahan rokok tersebut, maka Andi bekerjalah di perusahaan itu. Seminggu Andi bekerja, Aberkenalan dengan seorang cewek yang bernama Desi. Desi bekerja di perusahaan ini sebagai pendata nama orang yang bekerja di perasahaan ini. Maka lama-kelamaan mereka akrab berteman. Setiap kali mereka bertemu, dan Andi selalu memperhatikan Desi, begitu juga dengan Desi, dengan senyum manis Desi, yang membuat Andi jatuh cinta pada Desi. Setiap pulang kerjapun mereka selalu pulang bersama. Dengan demikian tumbuhlah cinta diantara mereka yang sama saling mencintai.
Hari demi hari, Andi bercerita dengan ibunya bahwa Andi berkenalan dengan cewek yang bernama Desi di perusahaan tempat Andi bekerja.
Menurut Andi bu,” Desi adalah itu pantas untuk dijadikan sebagai istri, karena desi adalah masuk dalam kriteria Andi. Pasti ibu senang dengan Desi”.
“Nak, bagaimana dengan Julia, ibukan Cuma senang dengan Julia karena jaman sekarang sangat sulit mencari gadis seperti Julia”, tapi dengan kata lain, ibu ingin berkenalan terlebih dahulu dengan Desi, kata ibu. Keesokan harinya, Andi mengajak Desi kerumah untuk berkenalan dengan ibunya.
Selama dua jam lebih Desi dirumah Andi, Desi pun pamit pulang. Setelah ibu mengenal Desi, “ibu tidak setuju melihat kelakuan Desi, karena Desi menurut ibu orangnya sombong dan tidak berkelakuan baik terhadap orang yang lebih tua dan tidak baik untuk masuk kekeluarga kita, ibu menilai cara Desi berbicira dan berpenampilan. Ibu masih senang dengan Julia”, kata ibu kepada Andi.
“Bagaimana ibukan baru pertama kalinya kenal dengan Desi, masak sudah tahu dengan tingkah laku Desi?”, kata Andi. “Justru baru pertama inilah ibu sudah dapat menilai seseorang, dari penampilan Desi saja sudah berbeda”, jawab ibu.
Terjadilah suatu pertengkaran yang hebat antara Andi dan ibunya, ibunya masih bersikap keras agar Andi menikahi Julia. Sedang Andi masih tetap untuk mempertahankan Desi sebagai kekasihnya. “Dasar anak durhaka tidak mau menurut apa kata orang tua”,kata ibu.”kalau ibu sudah benci dengan Andi, biar Andi pergi saja dari rumah ini untuk selamanya”.kata Andi.
Diantara pertengkaran tersebut, tiba-tiba terdengar suara pintu berbunyi, tok...tok...tok... assalammu’alaikum....wa’alaikum salam jawab ibu sambil membuka pintu. Eh...nak Julia,masuk nak.ibu mempersilakan Julia masuk. Andi hanya termangu sambil mengatakan masuk Julia. Julia hanya manganggukkan kepala sambil menebar senyum. Lalu Andi pergi masuk ke kamarnya karena merasa malu dengan Julia, Andi mengira pasti Julia terdengar pertengkaran dia dan ibunya. Ibu melanjutkan pertanyaan kepada Julia,”ada apa nak?” kata ibu. “Ini Julia disuruh mama memberi buah jeruk kepada ibu, jeruk ini oleh-oleh mama Julia dari Bandung”,jawab Julia. “Oh...terima kasih nak”, kata ibu. “Julia pamit pulang bu ya”, kata julia. “ya hati-hati nak dijalan” kata ibu.
Ibu hanya termangu melihat Julia berjalan sampai bayangan Julia pun menghilang. Lalu ibu beranjak ke dapur.
Keesokan harinya, ibu dan bapak Andi pergi bersilaturahmi kerumah salah satu temannya yang bernama Pak Muslim. Sebelum sampai ke rumah pak Muslim, di jalan ibu bertemu dengan Desi. Tetapi Desi pura-pura tidak tahu kalau itu ibunya Andi. Ibu menyahut Desi, ini Desi kan? Ya bu, ibu siapa?tanya Desi. Emang Desi sudah lupa dengan ibu? Jawab ibu. Emang kita selama ini sudah saling kenal?”kata Desi.” Saya ibunya Andi nak”,kata ibu. “oh....ibunya Andi”. Desi menjawab sambil beribu macam gaya. Ya jawab ibu. Ibu mau tanya “ dimana nak rumahnya pak Muslim karena ibu sudah lupa, kayaknya ngak jauh dari sini”,itu bu,rumah yang berwarna hijau, itu pak Muslimnya sedang beli rokok di warung sebelah rumah pak Muslim”,kata Desi. Terima kasih nak, kata ibu. Ibu melanjutkan perjalanan menuju rumah pak Muslim. Ibu sambil berjalan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Desi barusan, yanng sangat angkuh.
Sesampailah ibu dan bapak Andi di rumahnya pak Muslim,satu jam lamanya,ibu dan bapak pamit pulang. Sesampai di rumah ibu melihat Andi sedang menonton TV, lalu ibu berganti pakaian dan istirahat sejenak sambil menonton TV juga. Ibu bercerita dengan Andi” nak ibu tadi bertemu dengan Andi”kata ibu.”dimana bu?”tanya Andi. “dijalan tidak jauh dari rumahnya pak Muslim” jawab ibu. Sekarang ibu sudah tahu dengan sifat aslinya Desi, benar apa yang dikatakan oleh ibu kemarin. Desi itu orangnya sangat sombong dan sering keluar malam, ibu juga dengar dari masyarakat sekitar Desi. Andi terkejut mendengar itu semua.” Ibu mohon kalau bisa jauhin Desi, dia tidak baik untukmu nak”kata ibu. Tapi bu,Andi sudah terlanjur cinta dan sayang pada Desi,sedangkan dengan Julia,Andi masih bingung apakah Julia mencintai Andi atau tidak, karena posisi keluarga kita dengan keluarga Julia sangatlah jauh berbeda, dia orang kaya sedangkan kita tidak punya apa-apa.apa kata masyarakat sekitar bu. Lagian mungkin Julia tidak mencintai saya”,kata Andi.”nak cinta itu tidak memendang dari segi apapun,baik dari segi materi,umur maupun dari segi yang lainnya”kata ibu.
Andi sekarang berusaha untuk mendekati Julia, agar tumbuh rasa cinta di hati Julia untuk Andi. Ternyata selama ini juga orang tua Julia senang dengan Andi dan Julia pun sudah lama memendamkan rasa cintanya dengan Andi.
Di keheningan malam Andi gelisah ingin memilih siapa diantara Desi dan Julia, yang mana untuk dijadikan istri. Pikiran Andi sekarang selalu dihantui oleh bayangan mereka berdua. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Jam menunjukan pukul dua malam, Andi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu melaksanakan shalat tahajjud, untuk meminta petunjuk kepada Allah agar diberikan jodoh yang baik, yang bisa menerima situasi dan kondisi dalam keluarganya, dan dapat saling menghargai satu sama lain. di dalam berdoa Andi teringat kata-kata dari ibunya, bahwa Julia yang lebih baik dari Desi. Akhirnya pikiran Andi sudah bulat,Andi memilih Julia. Gadis yang benar-benar idaman Andi selama ini dan yang banyak disenangi oleh masyarakat banyak. Sedangkan cinta Andi dengan Desi kandas ditengah jalan. Karena Desi juga sudah tahu kalau keluarga dari pihak Andi tidak setuju dengan dirnya. Seminggu lamanya Andi sekarang kemana-mana pergi bersama Julia terus. Akhirnya mereka berdua merencanakan  acara pelamaran. Dua hari kemudian, keluarga dari pihak Andi melamar Julia, dan keluarga dari pihak Julia dapat menerima dengan senang hati. Sebulan habis dari pelamaran, kedua belah pihak langsung mengadakan acara pernikahan mereka berdua. Kini berbahagialah hidup mereka berdua dalam membentuk keluarga yang baru dan harmonis.

SUKA DIATAS DUKA
Karya: Susanti

            Suasana pagi yang dingin, aku dan temen-temanku Ita, Lela,dan Ria. Kami bersiap-siap untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat yang banyak didatangi oleh semua orang, baik itu masyarakat yang ada disekitarnya maupun masyarakat yang jauh dari tempat tersebut. Tempat itu disebut BKB (Benteng Kuto Besak) yang letaknya berada di kota Palembang.
            BKB (Benteng Kuto Besak) merupakan salah satu tempat yang menarik  untuk berwisata atau berliburan bagi masyarakat di Palembang maupun yang diluar dari kota Palembang.
            Jam telah menunjukkan pukul 14.30 WIB, aku dan teman-taman berangkat dari rumah menuju BKB. Dipertengahan jalan, ku lihat beberapa banyak orang di pinggir jalan yang mungkin mau pergi menuju BKB juga. Sesampai kami di Ampera, terlihat begitu indah dan ramainya orang-orang yang berlalu lalang di BKB. Tak lama kemudian, kamipun sampailah di BKB, kami berjalan sambil mencari tempat duduk. Kami melihat di BKB orang-orang ramai sekali ada yang sedang berpacaran, ada yang memancing ikan, ada yang berjualan makanan dan minuman, dan ada juga orang mengamen, bahkan anak jalananpun banyak di BKB.
            Salah satu temanku Ria berkata”kita duduk disini aja yuk...”,duduklah kami berempat di tepi sungai di atas pagar yang terbuat dari semen yang berbentuk seperti papan yang panjang dan dibatasi oleh beberapa lampu neon yang ada di atas pagar tersebut. Kami duduk sambil melihat air sungai musi yang terbentang luas dan perahu ketek yang sibuk berlalu lalang di atas sungai musi tersebut dengan gelombang-gelombang yang besar dan ada juga yang terbentang panjang diatas sungai musi yaitu Ampera. Ampera inilah yang terkenal dimana-mana. Ampera ini yang panjangnya berukuran lebih kurang dari 2 kilometer dan lebarnya 20 meter.
            Dengan angin yang sepoi yang menerpa rambut teman-temanku yang melambai-lambai. Ita bertanya kepada salah satu nelayan yang duduk di lantai semen yang tidak jauh dari tempat duduk kami. Nelayan itu bernama Pak Dodi yang memancing.
“ Pak sudah dapat belum ikannya?”,kata ita.”belum”jawab pak Dodi.”sudah berapa lama bapak memancing disini?”tanya Ita lagi.”baru setengah jam yang lewat nak”jawab pakDodi.”oh....kata Ita. Ria juga bertanya”apa bapak setiap hari memancing ikan disini dan sering mendapat ikan yang besar apa yang kecil pak?”kadang-kadang nak, terkadang mendapat ikan yang besar yang lebih dari 2 kg, dan terkadang sama sekali tidak men dapat ikan dalam sehari”jawab pak Dodi.
Sesudah menjawab pertanyaan teman-temanku, pak Dodi terkejut saat pancingnya tertarik oleh ikan, senar pancingnya sangat kencang sekali, bahkan tenaga pak Dodi sudah kuat untuk mempertahankan ikan tersebut agar tidak lepas. Kamipun beranjak dari tempat duduk mendekati pak Dodi dan yang juga pada beranjak semua mendekati pak Dodi. Ada salah satu bapak yang membantu pak Dodi untuk menarik pancingnya secara perlahan-lahan, ikan tersebut langsung di angkat ke atas.
“wah....kami kaget melihat ikan yang di dapat pak Dodi sangat besar, kira-kira kalau ditimbang 2,5 kg.
Lela salah satu teman kami, dia hanya diam, dari kami berangkat dari rumah tadi sampai kami datang ke BKB. Bahkan pak Dodi mendapat ikanpun, Lela tak perduli.
“mengapa Lela diam saja dari tadi, apa ada masalah ?”kata Ria.”ya, aku tadi di marah oleh ibuku karena tadi ibuku mennyuruh Lela untuk membeli sayur di pasar untuk lauk kami gek malam, tapi Lela membantah malah Lela langsung pergi menemui kalian, Lela takut pulang ke rumah, nanti ayahku juga ikut marah”,kata Lela.”ah...nggak apa-apa kok nanti Lela sesampai di rumah, minta maaf dengan ibu dan ayah Lela”,kata Ria. Lela nggak usah sedih ataupun takut, semua orng tua tidak ada yang benci dengan anaknya sendiri, mereka itu sangat sayang dengan Lela, Lelakan cantik, baik, dan patuh pada kedua orang tua”, kata Ria sambil membujuk agar Lela tersenyum dan tidak terlihat sedih”.”ah, bisa aja kamu Ria”, kata Lela sambil menebarkan senyumnya yang manis”.
Kami berempat beranjak, pindah duduk dekat dengan bapak yang menjual mie tumis. Perut kami terasa lapar mencium aroma mie yang sedang dimasak bapak itu.kami pun membeli mie tumis karena perut kami terasa sangat lapar.selesai dari makan mie tumis,aku melihat jam telah menunjukan pukul 17.00 WIB, teman-teman sekarang sudah sore kita pulang aja ya dan kayaknya juga hari mau hujan. Akhirnyari  kami beranjak duduk untuk pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan pulang hati Lela masih terasa sedih, karena Lela sudah pasti dimarah oleh ibunya dan juga ayahnya. Sesampai di rumah, Lela masuk rumah secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh ibunya. Lela masuk rumahnya lewat dari pintu belakang, ternyata ibunya ada di belakang sedanng memasak.
 Lela terkejut,”ibu...”kata Lela dengan wajah pucat ketakutan.”darimana kamu Lela?”kata ibu.”dari jalan-jalan dengan teman-temanku,bu”kata Lela.
Lela mengambil gelas, langsung menuangkan secangkir air putih ke dalam gelas, lalu Lela meminumnya. Lela pergi masuk kamar.....alhamdulillah ibu tidak marah lagi. Lela istirahat  sejenak sambil SMS memberitahukan dengan  temannya, kalau ibunya tidak marah lagi. Akhirnya Lelapun tertidur bahkan mandi sampai lupa. Mungkin kelelahan jalan-jalan ke BKB hari ini. Sampai pagi Lela belum bangun bahkan hari ini Lela tidak masuk sekolah karena sakit. Tiga hari Lela hanya murung dikamar saja, dia hanya diam tanpa kata, ibunya ngajak bicarapun tidak mau. Lela mengalami sakit jantung, penyakit ini tanpa sepengetahuan siapapun bahkan keluarganya tidak tahu. Akhirnya Lela di bawah ke rumah sakit. Dua hari Lela di rumah sakit, ajalnyapun menjemput, teman-tamannya belum ada yang sempat menjenguk Lela di rumah sakit. Keluarganya hanya bisa menangis melihat kepergian Lela. Semoga amal ibadah Lela dapat di terima disisi Allah,dan dosa semoga dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

CITA-CITAKU
Karya : Susanti

          Malam semakin larut, detik demi detik berputar, bahkan tahunpun terus berganti, tidak terasa usiaku semakin lama semakin bertambah, sekarang usiaku sudah menginjak 25 tahun. Diperjalanan hidupku selama ini, banyak hal-hal yang men jadi pertentangan atau masalah-masalah yang ku hadapi dalam mencapai suatu kesuksesan yang ingin aku capai. Dari usiaku 10 tahun sampai dengan sekarang cobaan selalu datang silih berganti, cobaan yang satu belum selesai sudah datang cobaan yang lain yang lebih sulit dari cobaan-cobaan sebelumnya.
            Aku disini bernama Rian, berat badan 70 kg, wajah lumanyan tampan, warna kulit sawo matang. Rian berasal dari keluarga yang sederhana yang hidupnya serba kekurangan. Apapun yang Rian inginkan hanya sebatas mimpi Rian saja, walaupun dengan hidup begini Rian terus tetap berusaha agar cita-citanya tercapai. Rian merupakan anak yang manjadi tulang punggung keluarga karena hanya Rianlah satu-satunya anak laki-laki  dari lima bersaudara.
            Mulai dari umur 10 tahun, Rian sudah mampu hidup mandiri, membantu kedua orang tuanya untuk menambah biaya sekolahnya dan juga adik-adiknya. Bahkan buku paket untuk belajar di rumah Rian tidak punya, Rian kalau mengerjakan tugas rumah, dia berusaha meminjamkan buku temannya untuk mengerjakan tugas rumah tersebut, apalagi kalau sedang menghadapi ujian, Rian bingung karena tidak memiliki satu buku paket pelajaranpun, kalau dia minjam buku temannya pasti tidak akan di pinjamnya karena mereka juga ingin belajar. Rian menangis mengenang nasibnya seperti ini yang sangat berbeda dengan teman-temannya, tetapi Rian masih tetap kuat untuk belajar dengan buku yang dimiliki seadanya, walaupun dengan buku seadanya, tetapi nilai Rian sangat bagus dari teman-temannya.
            Rian bercita-cita ingin menjadi dokter internasional, karena seorang dokter menurut Rian merupakan salah satu pekerjaan yang paling mulia karena dapat membantu mengobati orang-orang yang menderita penyakit. Bagi Rian untuk mencapai cita-citanya ini membutuhkan cobaan dan rintangan yang begitu berat, karena bagaimanapun Rian harus sabar dalam menghadapi cobaan tersebut. Hasil dari Rian berjualan setiap hari sisa dari biaya sekolah dan makan sehari-hari di tabung di simpan dengan ibunya, karena nanti uang itu untuk Rian masuk SMP,  karena bentar lagi Rian tamat SD untuk melanjutkan SMP yang pasti nantinya akan membutuhkan biaya yang cukup banyak.
            Akhirnya Rian lulus SD, dia melanjutkan SMP, uang yang ditabungkannya itu cukup banyak untuk mendaftar ke sekolah tersebut. Rian masih tetap menjual koran sampai dengan Rian lulus SMP. Setelah melanjutkan ke SMA, Rian berhenti menjual koran sekarang Rian bekerja menjual rokok asongan di pasar karena untung dari menjual rokok lebih besar dari pada menjual koran. Terkadang Rian merasa bosan dengan hidup seperti ini. Tetapi dia masih tetap tegar untuk bekerja dan atas dukungan keluarganya juga. Walaupun teman-teman Rian yang sering mengejek “seorang penjual rokok asongan”, apalagi temannya yang bernama Rangga yang sangat membenci Rian dan selalu mengejek Rian seperti “ dasar anak miskin penjual rokok” kata Rangga. Rian hanya diam saja mendengar perkataan Rangga seperti itu. Memang Rian sadar apa yang dikatakan teman-temannya itu benar.
            Kedua orang tua Rian merasa kasihan melihat anaknya bersusah payah dari kecil sudah bisa mencari uang sendiri. Bapak Rian bekerja sebagai kuli pasir yang gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari, sedangkan ibu Rian hanya sebagai ibu rumah tangga dan mencuci pakaian tetangga dengan gaji yang tidak seberapa dalam perbulan. Dibalik itu semua kedua orang tuanya juga ikut bangga karena nantinya hidup Rian nanti tidak terlalu sulit karena dia rajin bekerja.
            Setelah Rian kelas tiga SMA, Rian sibuk belajar untuk menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional), tetapi dia masih tetap meluangkan waktunya untuk berjualan, dengan demikian pelajaranlah yang paling diutamakan Rian karena Rian takut nanti dia tidak lulus seperti kakak kelas Rian tahun kemarin yang mencapai 50% yang tidak lulus. Selama ujian berlangsung Rian tidak berjualan, ia lebih mengutamakan belajar setelah UAN selesai baru ia akan berjualan lagi.
            UAN telah selesai selama dua minggu, semantara manunggu hasilnya keluar, Rian terus giat bekerja baik sebagai penjual rokok asongan maupun penjual koran. Meski demikian ia tetap tak lupa belajar karena sebentar lagi ia akan mengikuti Tes SMPTN (Seleksi Mahasiswa Perguruan Tinggi Nasional), jadi harus bekerja keras untuk mendapatkan kesempatan itu sebab, ia tidak mau mengecewakan keluarganya yang sudah bekerja keras membantu mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter yang ahli.
            Hasil UAN telah keluar dan Rian menduduki tingkat pertama yang mendapat nilai baik. sungguh nilai yang sempurna  untuk seorang penjual rokok asongan. Tiga hari kemudian dia mengikuti Tes SMPTN, peserta yang mengikuti sangat banyak, Rian sempat merasa minder, namun tekatnya kuat ia tak mau menyerah dan ia tak menyangka akan masuk dan diterima sesuai keinginannya, meski menduduki nilai diatas 60-an ia tetap bersyukur di terima.
            Hari-hari pun ia jalani di bangku perkuliahan, meski awalnya ia merasa minder dan malu karena berasal dari kalangan yang berbeda ia tetap bertahan dan tak perduli apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya, karena yang penting ia mendapat nilai bagus dan lulus dengan baik. akhirnya ia pun mendapat nilai kedokteran dan ditugaskan di suatu daerah terpencil di desa Uak Embacang MUBA (Musi Banyuasin). Disana ia menjadi orang yang sangat dihormati dan disegani karena memiliki sifat yang dermawan dan tak pernah sombong dengan sesama. Sering membantu warga desa yang kesulitan  tanpa merasa risih dan pamri meski ia seorang dokter.
            Kini Rian penjual koran dan rokok asongan hanya menjadi kenangannya saja, karena sekarang yang ada hanya Rian seorang dokter dermawan dan murah hati kepada semua orang.






KACA TUA
Karya : Susanti
            Jalan itu kini menjadi sempit, dinding di kanan kiri dan selokan yang sangat kotor, lorong buntu di daerah yang mungkin terlihat tak nyaman , setiap yang melewati jalan yang atau yang sempit itu akan mencium aroma yang bercampur aduk, sampah disana sini, air got yang hampir mirip warna kopi bahkan lebih dari itu. Sungguh pemandangan yang misris sekali, entah dari mana asalnya jika menjelang malam banyak sekali binatang pengerat seperti tikus dan kecoa berlalu lalang di gang sempit itu. Di ujung yang itu tinggal sebuah keluarga dan beberapa anak kost.
            Seorang gadis berwajah oval, rambut bergelombang dengan panjang se siku meski berhidung pesek, namun ia terlihat lumayan cantik. Bedanya sedikit gemuk dan tak begitu tinggi mungkin sekitar 150 an. Duduk melamun disudut pintu kedua tangannya menyangga dagu, dan matanya yang bulat memandang jauh keluar. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku mengawasi dari kejauhan disebelah rumahnya dari balik jendela yang berkaca gelap , mungkin umur kaca yang ada didepanku ini lebih tua dari umurku. Aku hanya menerka – menerka, apa yang sedang dipikirkan gadis yang sering disapa kiki.
            Diam-diam aku mengikuti gaya gadis itu, sambil mengamatinya dan tanpa sadar aku pun tersenyum sendiri, ada getaran aneh yang tumbuh didadaku. Perasaanku menjadi gembira, dan saat melihatnya tersenyum aku ikut tersenyum. Oh rasanya aku ini sudah seperti orang gila aku dapat melihat setiap geraknya di balik kaca ini. Tapi dia tidak melihatku. Memang tak seperti biasa ia melamun seperti itu sendiri dan aku menjadi cemas. Mungkin ia sedang di rundung masalah, kemarin aku melihatnya bersama seorang perempuan yang sepertinya, umur perempuan itu lebih tua dari Kiki. Saat aku tanyakan pada ibu kost. Katanya perempuan itu adalah kakak Kiki yang baru datang dari kampung.
            Menurut ibu kost, kakak Kiki datang untuk menyampaikan berita kurang baik dari kampung bahwa ibunya jatuh sakit karena ayah Kiki meninggal akibat kecelakaan minggu yang lalu. Ibunya sangat terpukul apalagi sekarang ia menjadi kepala keluarga. Sedangkan kakaknya telah lama menikah meski belum dikaruniai keturunan namun, suaminya sangat menyayanginya. Mungkin sekarang itu yang sedang dipikirkan oleh Kiki dan membuatnya sangat murung serta menekuk wajahnya.
            Hari ini rasanya ingin sekali aku menghiburnya membantu meringankan beban masalahnya, mengajaknya memecahkan masalah yang ia hadapi namun dinding kaca menghalangiku. Aku masih terus memandanginya dari kejauhan, kini ia tak lagi duduk tapi ia beranjak pergi dan meninggalkan lamunannya. Ia masuk kedalam kamar, dan sesaat kemudian keluar lagi, sekarang ia lebih rapi. Bajunya pun sudah berganti dan sambil membawa kofer hitam yang besar, menurutku mungkin ia pulang kampung menjenguk ibunya yang sakit. Entah kenapa perasaanku kini berubah yang tadi deg-degkan karena senang dapat melihatnya, entah kenapa perasaanku menjadi deg-degkan karena cemas, ah itukan hanya perasaanku saja.
            Hampir dua minggu gadis itu tak kulihat, aku menjadi gundah setiap sore aku duduk di depan kaca untuk melihat keluar dan berharap dapat melihat sesosok bayangan gadis itu. Namun, aku tak menjumpainya jua. Sudah dua minggu lamanya aku menunggu, rasanya sudah terasa lebih dari seribu hari. Akhirnya karena penasaran aku datang menemui ibu kost Kiki, beliau mengatakan kalau Kiki pulang kampung dan menetap disana untuk merawat ibunya yang sedang sakit dan mengurusi usaha keluarganya disana, kulianya ditunda mungkin sampai ibunya lebih baikan. Tapi Kiki tidak akan mengekos disini lagi karena ia akan pulang pergi dari kampung ke kampus nantinya. Itu penjelasan yang ku dapat dari ibu kostnya tadi. Hatiku menjadi sangat gersang dan terpukul. Seperti ada yang hilang dalam diriku. Akupun kembali ke kamar dan menyesalinya. Terpikir olehku kalau ternyata aku telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan gadis pujaanku itu. Kini yang tersisa hanya kenanganku di kaca tua ini dan jika aku memandang keluar aku seperti mengulang kenanganku memandangnya dan mengamati setiap aktivitasnya.
            Aku berharap suatu sangat nanti aku dapat bertemu dengannya lagi dan mengungkapkan semua isi hatiku dan semua rasa yang ada dalam dadaku supaya aku tidak gelisah lagi.




CINTA YANG SEJATI
                                                            Karya ; Susanti

            Ketika itu hujan turun begitu derasnya, awan kelihatan begitu kelam di nuansa langit. Laura memelihat beberapa orang sedang berlarian menuju halte yang di samping rumahnya, agar orang-orang tersebut terhindar dari terpaan angina yang diiringin air hujan.
            Pada saat itu menunjukan pukul 14.30 WIB, laura sedang duduk di kursi dekat dengan jendela rumah, Laura melihat seorang pemuda yang berjaket berwarna cokelat dengan tas yang berwarna hitam di belakangnya. Setelah Laura lihat lama-lama Laura ingat, ternyata pemuda itu Andre nama kekasihnya Laura sewaktu SMP kelas tiga di Banyuasin. Laura terkenang akan masa lalunya dulu.
            Hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan tahun pun terus berganti, hubungan antara Laura dan andre sekarang terlihat jarang berduaan, karena terpisahnya oleh jarak dan waktu. Laura sekarang telah melanjutkan sekolah di SMA N.1 Babat, dan andre melanjutkan sekolah di SMA N.11 Palembang. Tetapi di samping itu, mereka hanya ada kesempatan untuk bertemu satu kali dalam setahun pada saat hari raya Idul Fitri saja. Itupun hanya dapat melepas rindu sesaat. Sedangkan pada sat libur sekolah pun mereka tidak pernah bertemu karena sibuk dengan urusan masing-masing. Tiga tahun kemudian Laura telah lulus SMA, dan dia bingung setelah menerima kertas kelulusan itu, ‘’aku mau kemana’’. Tanyanya dalam hati, dan Laura pun diam sejenak....di terpikirkan dengan Andre. ‘’Oh Andre juga tamat yaa,, tahun ini’’ gumamnya dalam hati.Laura teringat dengan janji cinta Andre bahwa dia akan setia menunggu Laura dalam waktu beberapa tahun.
            Andre yang selama ini Laura kenal orangnya jujur, saleh, tidak sombong dan sopan-santun terhadap siapa pun. Tetapi sekarang setelah Laura dengan dari Joni temannya ternyata Andre sekarang sudah berubah menjadi anak yang nakal, sombong pemalas, dan playboy. Laura tidak menyangka Andre bisa secepat itu berubah, dan Andre pun malah tidak kenal lagi dengan yang namanya Laura bilang Joni. Yang paling mengejutkan Laura mendengar berita selanjutnya, bahwa Andre telah punya kekasih baru yang bernama Sarah. Sarah adalah teman dekatnya Laura waktu SMA. Wajah Laura langsung berubah menjadi merah, hatinya kecewa, kesal saat Laura teringat akan tingkahlaku Andre.
            Disamping itu Laura tidak merasa putus asa karena Laura yakin bahwa jodoh itu takkan kemana. Setiap saat Laura terkenang terus dengan Andre, karena Laura yakin mungkin Andrelah yang akan menjadi yang terbaik sebagai sebagai pendamping hidupnya untuk selamanya dan Laura pun merasa di dalam hatinya hanya tertulis dengan sebuah nama yaitu nama Andre. Tak lama kemudian hari-hari Laura penuh dengan kegelisahan, hari ini Laura pergi kerumah temannya Siti, saat diperjalanan Laura bertemu dengan Joni, Joni pun langsung meminta maaf kepada Laura, Laura bingung, “memeng apa salahmu kepadaku Joni”? aku telah banyak kesalahan padamu, aku telah memfitnah kekasihmu Andre”jawab Joni. Andre sekarang massih seperti yang dulu, aku terpaksa melakukan ini semua karena aku mencintai semenjak kita SMP sampai dengan sekarang ini. Laura pun terkejut tanpa mengeluarkan nata sepatah pun. Lima menit kemudian Laura angkat bicara”oh...jadi semua ini hanya akal busukmu saja” kata Laura.”Laura maafkanlah aku”kata Joni.”tidak semudah itu untuk memaafkan seseorang”kata Laura. Joni memohon-mohon kepada Laura agar kesalahanya dimaafkan. Akhirnya hati Laura luluh, dia memaafkan kesalahan Joni dengan syarat jangan sampai terulang lagi.
            Laura melanjutkan perjalananya kerumah Siti, sesampai Laura disana, berceritalah Laura dengan Siti dengan hati yang berbunga-bunga karena Laura sangat yakin Andre masih tetap setia padanya. Setelah lama-kelamaan, Laura sedang menyapu halama rumah, Andre tiba-tiba datang kerumah Laura. Assalammu’alaikum...wa’alaikum salam...Laura terkejut,”lho Andre” kata Laura. Laura mempersilakan Andre masuk ke rumah dan duduk. Lalu hati mereka sekarang sedang berbunga-bunga karena sudah lima tahun mereka tidak bertemu. Sekang mereka berdua bertemu terus dan komunikasi tidak pernah putus dan pada akhirnya cinta mereka berdua terjalin kembali.


 TISU YANG LUSUH
Karya:Winarti

                Pohon itu kini telah tinggi menjulang,menantang langit,daunnya rimbun,ranting-ranting yang memadat disela-sela daun seolah tak mengijinkan sinar Matahari masuk kedalamnya. Banyak kehidupan serangga disana,semut yang berlalu lalang,ulat yang sangat rakus,dan kepompong yang bergelantungan disana-sini.
                Seorang perempuan selalu duduk dibawahnya,dengan baju compang-camping dan hiasan rambut mewah meriah,dimana ada banyak macam bunga yang layu dan mulai mengering terselip disana. Perempuan itu selalu membawa sesuatu di tangannya,seperti  sampah,ku rasa itu sebuah tisu yang hampir tak terlihat lagi warnanya,lusuh,bau,dan berkerut-kerut. Perempuan itu sering disapa Titi nama aslinya Septia. Kata orang dulu dia adalah primadona yang sangat cantik,baik meski hidupnya sangat sederhana namun Ia selalu terlihat riang dan tersenyum setiap menyapa orang yang ditemuinya.
                Ia sendiri,selalu sendiri,namun terkadang seorang perempuan paruh baya yang seusia dengannya datang dan mengajaknya berbincang-bincang,meski yang diajaknya berbicara tidak merespon bahkan meninggalkannya dengan cuek.
                “Na...na...na... ayo datanglah,katanya kau mau datang menemuiku disini saat aku ulang tahun,uh... pasti kau terlambat lagi... “. Itu yang selalu terdengar dari mulut Titi, jika ia berada dibawah pohon besar itu namun terkadang ia hanya duduk diam,sanbil menatap sesuatu ditangannya dan menitikan air mata.
                “Ti...,septia...” sapa Riana sore itu.
                “Ah... aku masih ingin disini” jawab septia
                “Ti kita pulang yuk” ajak Riana.
                “Ah... aku masih ingin disini, nanda akan datang keseni dan mengajak ku jalan-jalan ,diakan sudah janji akan datang kalau aku ulang tahun,aku harus menunggunya “jawab septia dengan mata berkaca-kaca.
                “Iya... dia pasti kemari,tapi kamu harus pulang , kamu mandi dulu,berdandan,baru nanti Nanda datang menemui mu”.Ucap Riana.
“Benarkah,eh... tapi akukan sudah cantik kenapa masih harus berdandan”tanya septia.
                “Iya... biar tambah cantik... “olok Riana
                Begitulah selalu yang terjadi setiap kali Septi susah diajak pulang. Riana adalah satu-satunya saksi dimana Septia dan Nanda berkenalan,dan saling jatuh cinta dan pada akhirnya mereka berpacaran. Riana masih ingat sekali persisnya bagaimana.
                Siang itu tak begitu cerah,sedikit rintik-rintik dan langit diselimuti mendung. Kala itu mereka masih SMA. Hahi itu Riana dan Septia berjalan-jalan ketaman yang takjauh dari tempat mereka bersekolah. Sambil duduk dibawah pohon akasia Riana dan Septia makan es cream dan bercerita panjang lebar,tiba-tiba seseorang menyapa.
                “Hai.. boleh ikut duduk,gerimis nih?...”. seorang cowok berbadan tinggi dan tegap,wajah yang lumayan,dan berkulit putih,rambutnya bergelombang,keriting seperti keong disusun rapi.
                Mereka berdua bengong.“Maaf... boleh ikut berteduh sebentar “cowok itu mengulangi ucapannya.
                “oh ya tentu saja boleh”jawab septi sambil mencubit tangan Riana.
                “Aw.. ya boleh-boleh...”seru Riana sambil meringis kesakitan.
                “terima kasih ya,kalau boleh tau namanya siapa? Tany cowok itu sambil mengulurkan tangan kanannya.
                “Septia dan ini Riana teman aku”jawan Septi tanpa berkedip nemandang cowok itu.
                “Oh... aku Nanda “jawabnya
                Lama mereka berbincang-bincang dan saling tertawa bahkan terlihat begitu akrab sekali seperti telah lama kenal.
                “Ah sudah tak rintik lagi. Aku harus pergi masih ada urusan. Sampai ketemu lagi ‘Ucap Nanda sambil meninggalkan Riana dan Septia.
                Septia termangu melihat Nanda berlalu,Riana hanya senyum-senyum saja.”Oi... bengong aja, usap tu iler... dia udah jauh tuh. Ni tisu bekasnya kali aja dia balik lagi.”Goda Riana sambil menyenggol tangan Septia.
                “Dia cakep banget,cool lagi...”Septia
                Riana tidak menjawab hanya senyum saja dan berlalu meninggalkan Septia yang dilanda asmara itu. Sejak saat itu Septia sering bertemu dengan Nanda dan mereka sangat akrab. Hari pun berganti hari sebulan sudah berlalu sejak pekenalan itu. Keduanyapun akhirnya menjalin cinta.
                Namun dibulan yang keempat Nanda menghilang  padahal Nanda berjanji akan memberi hadian yang sepesial  untuk Septia saat ulung tahunnya nanti. Sejak saat itu Septia jadi sering melamun sendiridan kadang-kadang dia menangis,namun ia juga terlihat tertawa. Riana hany bisa memberi nasehat saja dan menghiburnya. Rasa rindu yang mendalam tak terelak lagi,bagai bom yang siap meledak,pada detik-detik terahirnya.
                Awalnya ia hanya sesekali datangketempat faforitnya itu,dikursi panjang dibawah pohon akasia  yang berdaun rimbun itu,namun kini tempat itu sudah seperti rumah baginya bahkan kini taksedetikpun ia mau meninggalkan tempat itu.
                Hari berganti hari,bulan berganti bulan,bahkan kini tahunpun berlalu. Titi terlihat sangat kurus sekali. Wajah yang cantik,kini seperti tengkorak saja dan warna rambut yang indah,panjang  lurus sekarang seperti keset lantai. Badan yang dulu montok ,seksi,tapi kini berdiripun tak mampu, Ia hany terbaring ditempat tidur.
                Sudah berhari-hari,sebutir nasipun tak melewati tenggorokannya .bahkan setetes air saja tak mampu ia teguk. Tak lam setelah itu matanya terpejam dan tak bergerak lagi.
                Kursi panjang itu kini menjadi sepi, penghuninya Titi telah pergi,hanya nama yang tertinggal disana dan tisu lusuh yang ia kaitkan di ranting pohon Akasia. Mungkin bagi orang-orang Titi hanya perempuan aneh,atau gila yang tak berguna namun bagi Riana,Titi atau Septia adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki. Karena sejelek apapun dan sejahat apapun itu Septiatetap sahabat yang pernah mengisi hari-harinya.



REMBULAN MERAH JAMBU
Karya:Winarti

                Di rungan berukuran empat kali  empat,dengan sebuah lemari disudut kanan pintu dan lemari  rak buku-buku disebelahnya. Kipas angin baling-baling tergantung  tepat ditengah pelapon. Seorang  gadis dengan buku berserakan di sana-sini duduk diam tanpa suara sepatah katapun. Badannya terlihat lesu tak bergairah,disandarkannya punggung pada dinding dengan kaki terselonjor. Kedua bola matanya terlihat sembab  seperti  habis menangis. Di tangannya  selembar kertas surat dengan amplop yang masih tertera cap posnya.
                Tak seperti biasanya memang,gadis itu terlihat murung. Biasanya ia selalu ceria,riang dan terlihat ringan tanpa beban. Gadis berbadan mungil,dengan wajah oval,dan memiliki ciri khas bulu mata yang lentik itu,yang disapa Ita. Rasanya aneh melihat ia murung  seperti  itu. Beberapa hari ini Ita memang terlihat lebih diam padahal ujian semester sebentar lagi. Saat belajar di kelas Ita terlihat tak bersemangat ia lebih memilih diam bahkan saat istirahat ia tetap anteng di tempat duduknya.
                “Ita,kantin yuk...”ajak Sri.
                “Duluan aja deh aku lagi males”.jawab  Juwita.
                “Eh,aku perhatiin,beberapa hari  ini kamu terlihat murung ,lebih diem, dan menyendiri,ada masalah ya?”tanya Sri
                “Enggak kok,Cuma kurang moot aja”Juwita
                “Apa ada masalah di tempat kerja,atau patah hati ya,cerita dong,siapa tahu aku bisa bantu. Kita kan temenan udah lama dari awal-awal kita kuliah, masak sih kamu ngak mau cerita.”Sri
                “Mbak Renita kirim wesel,katany ibu sakit,dan dia suruh aku pulang.untuk lihat ibu”Juwita
                “Lho Ta... kenapa masih ditunda, kamu harus cepet pulang kalau gitu, pasti ibumu kangen banget , abis kamu  nggak pernah pulang setiap libur.” Sri
                “Kamu nggak tau sih bagaimana ibu, ibu tu benci banget sama aku,mustahil kalau ibu kangen,apalagi ingin ketemu aku. “jawab Juwita sambil meledak tangisnya.
                “Aku yakin ibumu tu nggak kayak gitu,mana ada sih ada ibu yang benci sama anaknya,apalagi anak kandungny  sendiri.”Sri
                Juwita semakin meledak tangisnya,ia tak tahan lagi, disambernya tas lalu keluar dan pulang ke kost tempat ia tinggal selama kuliah di Palembang. Dadanya begitu sesak rasa sakit itu masih terasa di dalam dadanya  keteka ibunya melarang keras Ita kuliah di Palembang dan dimana perlakuan ibunya selama ini, yzng memperlakukan berbeda dari kakak-kakaknya. Setiap keinginan Ita selalu  ditolak dan ditentang. Terahir Ita berjuang keras untuk dapat masuk perguruan tinggi negeri di Palembang dengan beasiswa yang didapatnya, namun ibunya tidak mengizinkan bahkan menentangnya. Ita nekat dan pergi sendiri dengan hati yang sempit dan kaki yang kaku.
                “Ibu memang selalu seperti itu, kenapa ibu sangat benci padaku,apa aku ini bukan anaknya. Pokoknya Ita tetap pergi dan akan berjuang sendiri,Ita sudah capek  bertengkar sama Ibu,mungkin lebih baik buat Ibu kalau Ita nggak ada,ya kan “Ita.
                “Terserah,Ibu nggak mau lagi denger alasan apapun,pokoknya  Ibu nggak izinin Ita kuliah. Mau jadi apa kamu,anak perempuan itu tugasnya hanya di dapur,kasur dan sumur,jadi nggak perlu kuliah segala. Apalagi jauh dari keluarga” Ibu Siti.
                Perkataan dan ucapan-ucapan seperti itu yang selalu terngiang di telinga Ita,dan setiap kali ia teringat Ibunya,hatinya seperti diiris-iris sembilu dan dadanya menjadi sesak dan selalu berjuang dengan tangisan. Meski kini ia kuliah dengan sambilan bekerja dengan upah yang lumayan,Ita menyisihkan sebagian gajinya dan diam-diam mengirimkannya untuk ibunya lewat kakaknya Renita yang telah bersuami dan mempunyai dua orang anak.
                Entah kenapa hatinya menjadi berdebar-debar saat surat kedua diterimanya kemarin sore,isi yang sama. Tangan Ita bergetar ,pikirannya kemana-mana dan perasaannya campur aduk,tak karuan semua berkecamuk menjadu satu di lubuk hatinya yang paling dalam. Di satu sisi ia benci kapada ibunya  yang kaku dan kolot, namun disisi lain ia merindukan orang tia itu. Setelah membaca surat yang kedua dari kakaknya,Ita langsung berkemas-kemas tanpa berfikir panjang lagi. Ita langsung pulang kanpung.
                Sesampai di kampung Ita tak langsung pulang kerumah ibunya,melaikan menuju rumah kakaknya yang meski tak jauh dari rumah ibunya. Dengan perasaan ragu-ragu ita memberanikan diri mengetuk pintu kayu itu,dan kakaknya sendiri yang membukakan pintu. Seorang perempuan dengan wajah yang kusam,sedang menggendong bocah. Lalu Ita dipersilahkan masuk,dsn tanpa basa-basi ,dan berbicara panjang lebar Renita langsung mengatakan bagaiman keadaan Ibunya saat ini.
                “Juwita Ibu sangat merindukan mu.”Renita
                Ita tak menjawab,hatinya galau bola matanya berkaca-kaca,ia hany memandang kakakny dengan segudang pertanyaan.
                “Sungguh Ita  Ibu sangan merindukan mu,ibu juga mencemaskan mu,setiap hari Ibu kemari dan menanyakan bagaimana kabarmu,dan juga keadanmu,namun ibu melarang kakak untuk menberitaukan keadaannya kepadamu.meski ibu ingin sekali kamu pukang kenemuinya”. Renita
                “Sungguh kak Ibu kangen  sama Ita?”Juwita
                Renita hanya mengangguk saja,lalu mereka langsung kerumah ibunya. Sambil berdebar-debar  dan menahan tangis Ita mulai memasuki  rumah tua itu, dan melihat ibunya terbaring di tempat tidur, kurus,dan terlihat sangat lemah tak berdaya,diatas dipan reot yang mungkin umurnya lebih tua dari penghuninya. Ita tak mampu berbicara,bibirnya kelu,lidahnya seolah tak mau bergerak. Ita hanya meneteskan air mata,diciunnya tangan wanita tua itu, dan dipeluknya badan yang kurus dan semakin renta itu erat-erat,melepaskan semua kerinduan nya selama ini.
                “Ka...ka...mu Ta,Ita putri  Ibu,kapan kamu datang nak,bagaimana kabarmu?,”sambil terbata-bata Ibu Siti menanyakan kabar Ita.
                “Ibu ...Ita baik,kuliah Ita juga baik,bagaimana perasaan Ibu, nama yang sakit ,biar Ita obati”juwita.
                “Ibu,tidak apa-apa Ta,ibu hanya lelah saja. Mana mbakmu, Renita?Ibu Siti
                “di ruang tamu sama Nani’jawab Ita sambih mimijit tangan ibu nya.
                “Ibu ingin keluar Ta,melihat bulan,inikan saatnya bulan purnama”Ibu Siti
                “Biar Ita temani ya bu”Juwita
                Sambil tertatih ibu Siti keluar dari kamar dan menuju ke arah beranda, lalu duduk di beranda dan Ita duduk disampingnya. Ia meminta Renita mengambilkan sebuah kotak dibawah dipan tempat tidurnya. Setelah itu menunjukkannya kotak itu kepada Ita dan meminta Renita menunggalkan mereka berdua.
                “Ita...ini untukmu! Ibu nggak bisa memberikan apa-apa untuk Ita, mungkin hanya ini”. Ibu Siti
                Dengan hati-hati Ita membuka kotak kayu tua, berukuran 30 sentian itu. Setelah terbuka mata Ita terbelalak melihat isinya, uang yang banyak dan beberapa perhiasan, disana juga tersimpan beberapa surat yang sangat dikenal oleh Ita, tulisan tangannya.
                “ibu sengaja menyimpannya, dan ibu takut kalau ibu tak bisa memberikan sesuatu pada Ita, dan perhiasan ini yang dubelikan ayahmu untuk ibu, dan sekarang semua ini ibu berikan untuk Ita,untuk keperluan Ita nanti kalau menikah dan berumah tangga”. Jelas ibu Siti sambil terbata-bata dan matanya berkaca-kaca.
                Ita hanya terisak-isak saja, ia tak menyangka kalau ibunya memikirkannya jauh dari yang ia duga. Ibu yang sangat membencinya ternyata mencintanya lebih dari kebenciannya selama ini.”coba Ita lihat bulan di sana, warnanya sangat indah, merah jambu, seperti pipi Ita. Ibu ingin Ita seperti itu, tidak seperti kakak-kakakmu yang hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Ita harus menjadi orang yang kuat,tegar seperti karang, dan keras sekeras batu,Ita nggak boleh cengeng,ya ...”Ibu Siti.
                Tangis Ita semakin meledak,dipelukny ibunya dengan sangat erat,dengan penuh rasa cinta dan sayang,serta kerinduan yang mendalam.”Ta ibu lelah,ibu ingin tiduran disini sambil melihat bulan ibu yang merah jambu”.ucap ibu Siti sambil membaringkan kepalanya di atas paha Ita,dan tak lama kemudian matanya terpejam dan tak bergerak-gerak lagi.
                “Ibu... Ibu... Ibu dengar Ita... Ibu...” panggil Ita sambil menangis  dan menggerak-gerakak tubuh ibunya, namun ibu Siti sudah pergi untuk selama-lamanya. Sejak saat itu hidup Ita berubah, ia lebih dewasa ,tegar dan menjalani hidup dengan penuh semangat. Setelah lulus kuliah ia kembali kekampung,mendirikan usaha peternakandan mengembangkan  sampai menjadi seorang  yang sukses.

RUMAH TERAPUNG
(Gambar)
Karya :Winarti
                Langit terlihat cerah,awan tak satupun terlihat. Matahari cemerlang menampakan seluruh wajahnya, udara menjadi sangat panas. Ombak semakin terdengar deburannya. Angin yang sibuk dengan pekerjaannya menari kesana kemari.
                Sebuah keluarga tenggal di rumah perahu dengan peralatan prabot yang serba sederhana dan kehidupan yang selalu di tengah laut,yang tak pernah mengenal daratan. Pak Basir sebutan untuk lelaki paruh baya dengan badan yang berdaging padat,rambut jarang-jarang dan mempunyai jidat yang lebar. Ia mempunyai istri yang bernama ecik atau mak ecik, dan satu anak perempuan yang berumur 11 tahunan yang di beri nama Emi. Keluarga itu selalu berlayar dan jarang sekali mendatangi pesisisr. Setiap hari kehidupannya tak pernah berubah hanya seputaran perahu dan perahu. Bangun tedur sampai tidur lagi.
                Meski demikian mereka tak pernah merasa kekurangan. Mereka jalani semua dengan penuh keharmonisan,tanpa rasa aneh atau risih walaupun hanya memiliki beberapa helai baju dan celana. Namun emi tak merasa demikian,hidupnya bagai dalam rumah penjara. Meski perahu itu selalu berjalan dan berlabuh namun tak sekalipun ia melihat bagaimana warna tanah dan kehidupan di luar laut dan sungai. Hatinya begitu terpasung,ia ingin sekali merasakan harumnya bau bunga di rerumputan dan melihat kehidupan di kota. Setiap kali perahu itu menepi di pandanginya daratan dengan penuh rasa penasran dan kagum.
                “wah ... mungkin enak dan yah,main di sana dengan anak-anak itu. Suatu kali ia melihat anak bermain di pesisir sungai , kapan ya rumahku bisa kesana dan tak terus berenang.
                Keinginan itu selalu di pendamnya dalam hati,ia tak berani mengatakan hal itu baik pada ibunya ataupun bapaknya. Hingga suatu ketika terlintas di benaknya untuk melarikan diri,dari rumah yang menaunginya selama ini. Ia bisa bermain layang-layang,main conglak dengan teman,dan berlari-lari dengan puas. Namun kesempatan itu tak kunjung datang,hingga ia tumbuh menjadi remaja yang cantik dan menawan.
                Suatu hari perahu berlabuh disebuah pesisir dekat dengan perkampungan nelayan ia mencoba untuk turun saat Ayahnya menjual ikan hasik tangkapannya dan ibunya sibuk didapur. Ia melompat kedermaga dan mendongakkan wajahnya kearah langit sambil menghirup udara segar suasana pantai. Matanya terpejam dan tangannya merentang seolah akan terbang lalu berkata “ah, ingin sekali aku kesana “,saat ia melihat beberapa gadis remaja bercengkerama saling bergembira ria. Impiannya selama ini, ia lalu mendatangi tempat para gadis itu  dan menyapa para gadis itu, tapi para gadis itu justru pergi  meninggalkannya. Tampa berbicara sepatah kata pun ,Emi hanya termangu  ia lalu melihst dirinya lalu berguman,”ah; mungkin pakaian ku aneh,jadi mereka pergi dan mengira aku ini orang jahat” lalu Emi kembali keperahu. Keesokan harinya karena perahu rumahnya sedang diperbaiki maka ia mempunyai waktu lebih banyak,Emi kembali mendatangi tempat para gadis berkumpul kemarin,terlihat para gadis itu seperti kemarin saling bersenda gurau. Namun belimlah Emi mendekat dan menyapa, saat mereka melihat Emi dari kejauhan mereka langsung beranjak seolah enggan melihatnya.
                Betapa sedih hati Emi, beberapa kali terjadi seperti itu,hingga ia memutuskan untukntidak datang ke tempat itu lagi,hatinya menyimpan berbagai pertanyaan,hingga ia menyimpulkan bahwa rumah perahu itulah rumah ternyaman di dunia yang bisa menerima ia apa adanya,serta ayah dan ibu yang sangat nenyayangi dan mencintainya.


PENGALAMAN BERHARGA
(alam bebas)
Karya:Winarti

                Di bawah tenda berwarna putih,dengn lis berwarna merah,kuning dan biru. Dengan lantai batako berbentuk segi lima. Kami duduk lesehan menghadap kearah sungai,meski sedikit terhalang oleh pagar beton yang tebal dan berlampu neon besar disetiap sisi sudut tertentu. Banyak sekali orang-orang berlalu lalangdengan kesibukan masing-masing, teman-taman yang sibuk menerka-nerka mencari inspirasiuntuk menulis,ada juga yang asik berfoto ria. Hembusan angin pagi di pinggir sungai musi,gelombang yang merata,menambah indahnya suasana pagi di pinggiran kota BKB Palembang.
                Meski air sungai Musi tak begitu jernih ,namun tak menghalangi mereka yang beraktifitas,ada yang mendayung sampan menahan keseimbangan karena ombak Speed Bout. Ah, aku jadi ingan desa ku. Saat aku masih kecil dulu aku suka sekali berenang disungai belakang rumahku. Sama seperti sungai Musi. Airnya keruh dan tak begitu jarnih namun aku suka srkali berenang di sama,dengan teman-tenam sebayaku waktu itu. Mamak sering marah padaku saat aku pulang dengan badan basah kuyup dan bibir membiru kedinginan, namun meski di marahi dan di larang agar jangan lagi berenang dan lumban di sungai,aku selalu mengulanginya lagi keesokan harinya.apalagi teman-teman selalu mengajaku.
                Mamak selalu bilang padalku “Ciwin jangan lumban di sungai,nanti bisa sakit,airnya itu kotor dan lagi sungainya dalam. Awas kalau besok lumban lagi,mamak jewer kamu,mau...?”. itu  yang selalu mamak katakan pada ku. Tapi aku selalu mengacuhkan  nasehat mamak,hingga suatu hari hujan rintik-rintikaku dan teman-teman lumban lagi sore itu,arusnya kali ini sangat deras ,namun aku tak mengkiraukan nya. Tiba-tiba saat aku berenang seperti ada yang menariku ke dalam air yang sangat dalam hingga aku merasa sangat gelap. Aku berteriak-teriak meminta tolong,namun tak seorang pun yang menghiraukan aku. Saat aku membuka mata lagi, aku sudah ada di kamar kesayanganku aku melihat ada mamak di sampingku,dan teman-teman,serta bapak yang duduk di kursi belajarku. Menandang ku dangan sayu dan penuh kecemasan. Aku masih ingat betul kejadian itu.
                “Gimana ndok, opo dodomu sesek? Tadi Leni dan mamamu yang bawak kamu pulang,dan temanmu yang lain. bapak sama mamak kan sudah sering bilang tiap hari jangan terus lumban di kali.itu kan bahaya,dan lagi airnya kurang sehat. Cuba tadi kalaunggak ditolong teman temanmu, entah opo jadinya. Kalau udah gini gimana ciba untung kakimu kramnya nggak parah, pokoknya kamu jangan lagi lumban  yo ndok. Mamak sama bapakmu kwatir kalau terjadi apa-apa kayak gini kan merepotlan banyak orang nggak Cuma bapak,mamak juga teman-temanmu.’ Itu penjelasan bapak yang panjang lebar. Aku mengerti sekarang, kenapa aku dilarang berenang sembarangan di sungai , karena itu sangat berbahaya.
                Setelah kejadian itu ,aku nggak pernah lagi lumban danm tenam-teman juga tak ada yang berani mengajakku lagi. Aku hanya melihat saja dari atas tepi sungai terkadang sambil bersorak-sorak saja melihat kelucuan mereka. Itulah pengalaman ku kini setiap aku melihat sungai aku selalu ingat kejadian itu dan jaga nasehat-nasehat bapak dan mamak.







ISTANA BUNGA
Karya : Winarti B

Eloknya air sungai yang mengalir disungai terus mengalir dari ujung menuju ke ujung hilir dengan tanpa mengenal anti lelah. Airnya yang tak begitu jernih yang berteman dengan sampah-sampah dedaunan kering yang jatuh dari pohon dipinggir sungai, sekaan menjadi warna tersendiri bagi yang melihatnya, saat di pagi hari, siang dan sore hari. Namun saat matahari menyingsing terlihat sangat indah.
Suatu sore Ifa duduk dipinggiran sungai melihat anak-anak kecil. Berlari-larian di pinggir sungai dan sesekali terjun ke air dan ada juga anak –anak sebayanya yang sedang asik berenang. Ifa duduk sambil menopang kedua tangannya di atas lutut kakinya. Pikirannya menerawang kemana-mana, ingatannya kembali pada waktu di desa dimana dulu ia tumbuh dan bersekolah hingga nasib membawanya ke kota ini.
Ifa telah siap untuk pergi ke sekolah dengan baju putih biru dan tas cangklong di bahunya yang warnanya pun sudah tak begitu terlihat. Ifa berangkat bersama teman yang biasa menjemputnya lalu pergi bersama. Namun kali ini Ifa berjalan sendiri tak biasanya, mungkin karena lia tak berjalan atau karena hari itu terlalu pagi.
                Bel sekolah berbunyi jantung Ifa berdetak kencang, ia merada ada yang menutup relung hatinya. Ifa tertunduk sambil duduk dimana ia biasa duduk dan belajar di kelas 3C SMP N 1 Air Saleh. Memang hari  ini hari pengumuman kelulusan yang akan menentukan nasibnya. Saat wali kelas masuk dan membagikan amplop putih Ifa hanya terdiam dan terus tertunduk. Hatinya begitu galau, wali kelas telah keluar dari kelas itu, semua teman-temannya pun telah berlalu. Namun Ifa masih tetap membisu di tempat duduknya. Di lihatnya terus amplop putih yang diterimanya beberapa saat lalu. Perlahan iapun membukanya dan didalamnya tertulis “LULUS”. Ifa langsung berlonjak sambil tertawa sendiri, namun hal itu dak berlangsung lama, karena ia ingat dan bingung  “mau kemana aku” ucapnya dalam hati.
Satu minggu setelah kelulusan Ifa memutuskan untuk melanjutkan ke SMA di Palembang. Kota yang sangat ia idam-idamkan “aku harus mengatakan ini sama bapak” ucap Ifa dalam hati. Lalu dengan mengumpulkan keberanian yang ekstra, Ifa mulai menemui bapaknya dan mengatakan niatnya itu.
“pak Ifa lulus lho, nilainya lumayan”
“ya, bapak tahu, emang kenapa?”
”Ifa ingin melanjutkan ke SMA Pak, Lia juga ngelanjutin bahkan dia sudah daftar dan sudah berangkat ke Palembang pagi tadi,” Ifa juga bolehkan pak sekolah di Kota?”
”Ifa kalau Ifa mau ngelanjutin sekolah di kota, ifa harus janji kalau Ifa akan serius dan gak main-main soal biaya bapak akan bantu tapi Ifa tahu sendiri bagaimana keadaan keluarga kita.
”ya Pak, Ifa janji”
Keesokan harinya pergilah ifa ke kota dengan diantar oleh bapaknya dengan bekal tekad dan uang tiga ratus ribu, akhirnya Ifa masuk ke salah satu SMA di Kota Palembang.
Tiga Bulan sudah Ifa sekolah di Kota tanpa ada masalah berarti, namun suatu hari Ifa bermasalah dengan teman satu kelasnya, Ema, murid kelas IB yang terkenal jahil dan suka bikin masalah. Berkali-kali Ifa berkelahi dengan ema dan selalu Ifa yang disalahkan dan dipanggil ke kantor suatu hari Ifa sudah tidak tahan lagi. Ifa bermaksud utnuk pindah sekolah lain di Kota Palembang, namun percuma, Ema pasti akan tetap tau dan menjahilinya lagi. Tiga tahun tidak naik kelas membuat Ema tidak pernah jera di hukum, mungkin karena ayahnya seorang anggota DPR yang punya segalanya.
Pagi-pagi sekali Ifa bangun dari tempat ia biasa memejamkan mata, melepaskan lelah dan semua penat yang menhampiri setelah seharian beraktifitas. Ifa berjalan-jalan tas cangklong warna biru tua dan ditangan kanannya sebuah tas hitam yang berukuran agak besar yang bisa ditebak isinya itu pakaian keluar dari kamar Ifa, Ifa meletakkan tas hitam itu, lalu Ifa melangkah menuju ruang makan dimana ia biasa makan bersama teman-teman sesama anak kost lainnya.
                Setelah berpamitan dengan teman-teman kost-nya Ifa pun berpamitan dengan ibu kostnya, lalu ia berjalan sampai dijalan raya Ifa naik bus. Berhentilah di terminal 12, Ifa bingung ia mau kemana ”Pulang ah itu tak mungkin, aku sudah janji dengan Bapak aku akan sekolah dengan baik”
                Tanpa berpikir panjang Ifa naik bus lagi, kali ini ia naik Bus Palembang-Sekayu. Saat di dalam bus pikiran Ifa kacau sekalipun Ifa tak pernah tahu sekaku itu seperti apa dan bagaimana hingga matanya mulai terasa berat dan tertutup rapat.
Bus berhenti hingga hampir tiga jam perjalanan, akhirnya sampai di Sekayu, semua penumpang turun dan menuju tujuannya masing-masing, namun Ifa masih terdiam tegak di bawah tiang lampu pinggir jalan.
”hoi, nak kemane ? tanya tukang ojek pada Ifa”
Sambil tergagap Ifa menjawab ”a..a..anu, gak tahu?
”lho kok gak tahu, emangnye nga nak kemane?”
”sebenarnya aku dari palembang, tapi aku bingung mau pergi kemana, soalnya aku gak punya saudara atau kenalan disini, emang bisa bantu saya?ujar Ifa.
”Bantu Ape?”
”Cari kost yang dekat SMA tapi saya sudah gak punya uang lagi, soalnya uang saya sudah habis untuk bayar bus tadi”
”oh..gak bisa, aman dak suwek sen”
”oh..kalau gitu makasih ya mang”ujar Ifa dengan nada kecewa.
Ifa bingung, ia terus berjalan sambil clingak-clinguk kalau-kalau ada tempat kost. Sampai digedung yang besar dan megah serta luas halamannya, terlihat oleh Ifa, digedung itu tertulis tulisan yang berukuran agak besar ”KANTOR BUPATI” Ifa berhenti di depan gedung itu dan memandanginya gedung yang bercat merah hati itu.
”maaf ada yang bisa dibantu?”tanya seorang yang berbadan tegap dan berbaju putih serta celana putih, rupanya beliau satpam digendung itu
Ifa bingung harus bilang apa, ia hanya bengong dan memandang satpam itu ”pak boleh saya minta tolong uhar Ifa setelah lama termenung, satpam itu hanya mengangguk dan terus memperhatikan Ifa.
                ”gini pak saya tersesat gak tahu mau kemana, saya juga gak punya uang dan saya gak punya saudara disini”jelas Ifa, sambil menangis dan tertunduk.
”oo..ooo kenapa bisa begitu, emang adik ini dari mana?” kata satpam
                Pak satpam itu berjalan lalu menyetop angkot berwarna kuning, Ifa membututi di belakangnya. Tak begitu lama angkot itu berjalan dan berhenti di depan sebuah gedung yang cukup besar dan disana banyak berlalu lalang orang, yang memakai baju seragam warna cokelat muda agak keputihan celanan cokelat tua.
                Pak satpam turun dari angkot menjinjing tas hitam putih milik Ifa. Ifa pun turun, ia ragu-ragu untuk berjalan masuk.
                ”siang pak, pak anak ini tersesat dia bingun gak tahu mau kemana, katanya gak punya saudara disini”kata pak satpam pada seorang laki-laki dengan kumis yang menghiasi atas bibirnya dan badan agak gemuk serta rambut yang terlihat jarang-jarang lalu bapak itu menatap Ifa dengan pandangan heran setengah cemas.
”kamu pasti nakal ya kan, ucap Bapak itu dengan nada agak tinggi. Jawab dan jelaskan padaku, siapa tahu saya bisa bantu?
Dengan wajah tertunduk dan suara terbata-bata Ifa menceritakan semua yang dialaminya dari ia berpamitan pada orang tuanya sampai ia masuk dan duduk di kursi yang ia duduki sekarang ini. Namun Ifa masih tidak berani menatap wajah yang diajaknya berbicara.
”hmm..jadi begitu ceritanya, kenapa kamu bisa sampai ditempat ini. Kamu masih ingat sekolah?” tanyanya kemudian.
Ifa tersentak ada harapan baru diangannya itu terlihat dari pancaran raut wajahnya yang langsung berubah saat kata-kata itu hampir ditelinganya.
Sore itu Ifa akan tinggal di rumah barunya dimana disana ditinggali oleh 54 anak dan dua pengasuh serta dua anak pengasuhnya. Rumah itu sering disebut Istana Bunga oleh para penghuninya, Ifa memulai hidup barunya disana. Kini kehidupannya terasa lebih baik selain ia sekolah di sore hari, pagi harinya ia bantu-batnu Ibu Melly yang kini menjadi ibu asuhnya di panti asuhan itu.
                Ifa tersentak, tiba-tiba ia ingat bapaknya ”bagaimana kalau bapak datang ke kost dan mencariku. Ach..pasti bapak akan kecewa karena aku nggak ada di sana”
                ”Ifa, Ifa sini kita berenang yuk ? teriak Alfi dari bawah, terlihat ia asik berenang.
                Suara Alfi membuyarkan lamunan Ifa. ”yach...ntar aja dech”
                Sementara itu bapak Ifa sampai di kostan Ifa dimana dulu Ifa ditinggalkannya di sana, dengan maksud melepas kangen namun Ifa sudah tak ada di kost itu lagi dan Ifa bagai ditelah bumi. Bapak Ifa telah mencari kesana-kemari dan bertanya pada setiap orang yang ditemuinya namun tetap Ifa tak ditemukannya.


MENGAIS PLASTIK BEKAS
Karya : Riana Septiananda



            Di tengah terik mata hari di siang bolong, begitu datangnya mobil boks, pengangkut sampah, datanglah segerombolan pengais plastic bekas. Tak menghiraukan lagi bau sampah yang menyengat seperti gas amnoniak  di PT pusri setiap harinya marsup dan teman lainnya sehari – harinya bekerja sebagai pengais plastic bekas, tidak lain yang ia cari hanya bekasan plastic bekas dari buangan orang yang sudah tidak membutuhkan lagi oleh para orang – orang kaya, tapi bagi para pengais plastic, plastic adalah barang  yang  berharga baginya dari kumpulan – kumpulan plastic bekas itulah ia dapat menyambung hidup di esok hari, mungkin disebagian orang pekerjaan ini sangat jorok karena setiap harinya bergulat dengan bau sampah, yang busuk dan menyengat, tetapi apa mau dikata menurut marsup pekerjaan ini berkah baginya. Karena dia tidak mencuri ataupun memakan harta orang lain yang bukan haknya seperti para koruptor.
            Dengan berbekal keranjang dibahunnya dan kawat panjang aseperti kayu yang digunakan untuk mengambil palastik bekas yang bercampur dengan sampah lainnya. Ketuka itu sopir truk yang datang untyk menumpahkan sampah muatannya itu, sopir truk pun marah – marah dengsn semua orang yang ada disekitaran tumpukan sampah termasuk juga marsup, sopir bak sampah marah karena mereka sudah tidak sabar untuk mengambil isi dalam mobil bak sampah, alhasil sopir pun kesulitan untuk menumpahkannya, ditakutkan sampah yang dibawnya dapat menimbun mereka tetapi, mereka tetap saja tak menghiraukan teriakan sang sopir bak sampah itu.
            “ Minggir… minggir… minggir…”.
“ Apa kalian tidak dengar?
Akan  aku tumpahkan sampah itu disini !
Kalau kalian disitu nanti kalian bisa tertimbun sampah?
“ Tumpahkan saja sampahnya !
Kami akan tetap disini !
“ Dasar keras kepala….
“ Cepat… cepat… cepat…
Tumpahkan saja sampahnya !
Kami tidak akan kenapa – napa.
Sopir pun kesal melihat tanggapan mereka akhirnya ditumpahkanlah sampah tersebut alhasil salah seorang anak kecil . yang baru berumur 7 tahun yang bernamna tia , sebagian badannya tertumpuk sampah dan ibunya yang bernama ibu misnun menyalahkan sopir bak sampah, dan ia mintak pertanggung jawaban kepada sopir bak sampah yang bernama pak rosok, sebelumnya pak rosok sudah memperingatkan tetapi masih saja tidak menghiraukan mereka masalah asyik dengan plastic bekasnya.
“ Sudah aku peringatkan!
“ Mengapa kau masih disitu saja ?
“ Aku mau mengambil kaleng yang ada disitu, yang baru saja akan ditumpahkan !
‘ Nah…. Kalau begini siapa yang salah? Anakmu sendirikan
Kenapa aku harus bertanggung jawab . kau urus saja anakmu sendiri.
“Aku masih banyak pekerjaan yang mesti aku selesaikan
Sopir bak sampah itu langsung pergi, melihat kearah tia dan memberi tia uang, dia bilang untuk mengobati luka tia. Ia pun bergeges meghidupkan mesin dan membelokkan mobilnya kearah jalan yang ditujunya, semua oaring masih berkumpul di tempat itu tak dihiraukannya lagi ocehan dari para pengais plastic bekas yang mengeruty dibelakang.
“Aneh sekali orang itu “ !
Marsup yang kebetulan tetrangga pak rosok , dan mengetahui keadaan keluarga pak rosok, marsup pun bercerita dengan buk masnun. Bahwa pak rosok juga memiliki anak yang seumuran dengan tia tetapi anak pak rosok dibawa oleh istrinya dan entah dimana keberadaannya sekarang terakhir kabar bahwa istrinya bekerja sebagai TKW, dan anaknya entah dimana apa masih bersamanya istrinya atau dititupkan dengan nenekya yang tinggal di NTB ( Nusa Tenggara Timur ). Disitulah seketika pak rosok berubah baik dengan tia dan merasa kasihan.
“Oooo……… jadi begitu ceritanya”!
“ Mengapa kamu tidak mengatakannya dari tadi”
Jadi aku tidak perlu mencelanya, semuanya sudah terlanjur dia pun sudah pergi mungkin besok ia kembali lagi untuk mengantar sampah.
Kalau begitu, besok kita swemua harus bersiap – siap apabila datangnya mobil bak sampah tanpa dinasehati ataupun diperintahkannya kita harus  langsung minggir dari gundukan sampah agar pak rosok tidak marah dan mengusir kita semua, sehingga kita dapat bekerjasama  antara sopir  bak sampah dan kita para pengais plastic bekas.
Sentak marsup tersenyum, mendengarkan cerita rapat kecil yang dilakukan pekerja pengais plastic bekas yang dipandang orang sangat jorok disela – sela istirahat untuk mengisi perut dengan secuil makanan atau bungkusan nasi yang sudah disiapkannya dari rumah.
Apapun yang kami dan mereka lakukan itu semua sudah menjadi tanggung jawab masing – masing, begitu sulitnya demi mencari nafkah yang halal dan demi menyambung hidup diesok hari. Tekad baiklah yang selalu kami tunjukkan kepada semua orang yang berada disekitar tempat pembuangan sampah. Tak jarang ada orang lewat dengan wajah tidak mengenakkan, bahkan ada yang menutup hidung ketika kami lewat didepannya,  tidak ada hak untuk kita marah karena kami semua sadar betapa busuknya bau sampah.
Mudah – mudahan masih ada orang yang bisa menghargai kami dengan setidaknya menganggap kami manusia biasa bukan sampah. Yang mereka jadikan sesuatu yang memeng sangat menjijikkan.    






                                        Bukan Diriku
                                                                        Karya : Emi Anggraini 2007112016
Wajah nan ayu, senyum yang manis serta keceriaan, kini tak lagi nampak pada seorang gadis kecil yang bernama meta, semenjak peristiwa itu semuanya merubah hidup meta, hari-harinya ia hanya menghabiskan hidupnya di atas pembaringan tempat tidur.
Sejak lahir meta sempurna dan menjadi primadona anak dari pasangna bapak ahmad dan ibu maryam, mereka dari keluarga yang kaya raya dan menjadi juragan di desanya, keseharian ibu meta sebagai ibu RT, dan pak ahmad yaitu jurangan beras di samping itu mempunyai sawah di berbagai pelosok desanya dan hampir semua warga desa itu mengelolah sawahnya.
Meta anak ketiga dari mereka, kedua orang tua meta sangat menyanyangi meta dan nampak jelas pilih kasih di banding kedua kakak meta yang bernama puji nomer dua sebelum meta, sedangkan selfi yang hanya sebagai anak angkat mereka setelah sekian lama mereka belum mempunyai keturunan. Namun sifat puji sangat jahat dengan meta dan selalu mendukung perbuatan selfi adik angkatnya, dan lebih menyanyangi selfi di banding adik kandungnya meta
Setelah meta berusia lima tahun, kasih sayang ,mereka sangatlah berlebihan, sehingga membuat iri kedua kakak meta, dan sering meta ingin di celakai oleh kedua kakaknya, karena hampir seratus persen perbandingan itu sungguh tak wajar, karena wajah mereka jauh, tak secantik meta.
Beberapa kali puji dan selfi memprotes akan hal itu namun selalu di marahi ”pak, bu kenapa sih selalu meta yang di agung-agungkan, sedangkan kami hanya sekedarnya saja”, tanya dan keluh puji saat makan malam, ” kenapa kamu puji apa kurang haa,, yang ayah berikan selama ini”, elak ayahnya yang emosi dan seperti tak mau di tanya oleh puji”. ”pak eggk bisa gitu dong, segala sesuatu pasti meta yang di utamakan,coba kalau kami”, tambah selfi kakak puji, ” hei kalmu selalu tak bersyukur sadar, jawab ibunya menghentikan makan.
Puji dan selfi hanya bisa diam dan berusaha menerima semua itu karena di samping itu selfi sadar akan dirinya dan tak bisa berbuat apa-apa tanpa ada panduan dari puji. Selain itu keluh mereka senantiasa di lampiskan kepada meta, selagi kedua orang tua mereka pergi, ”meta kamu curang, kamu senang kan ayah dan ibu selalu memanjakan kamu ya”, ujar selfi dan puji menghampiri meta yang sedang bermain ayunan di teras belakang rumah, dan hampir terjatuh di kejutkan oleh kedua kakaknya dari belangkan dan samping kiri meta. ”kenapa kak apa salahku” lirik meta pada keduanya, ”hei jangan tak sadar kamu, kamu kesenagan kan dengan semua ini”. Dorong puji kesel, ”kesenangan apa kak, apa maksudnya” ”ala,,,pura-pura dia kak” sindir selfi kepada puji.
Hingga pada akhirnya niat jahatpun mendorong mereka untuk berbuat nekat, dari bahasa isyarat selfi dan puji ingin mendorong meta supaya terjatuh ke lantai dasar. Tapi nasib tuhan masih melindungin meta yang tak tau apa-apa, beruntung ibunya segera datang dan ingin mengajak meta berbelanja keperluan meta.
Semenjak hari itu, tak cuma hari itu, bahkan antara selfi dan puji putus asa karena rencananya selalu gagal, dan sampai akhirnya mereka menyusun rencana yang pasti. Setelah puji pulang sekolah dan selfi bolos sekolah, dan memang kebetulan hari itu meta sendirian di rumah ayah dan ibunya sedang berbisnis, jadi terpaksa meta tak bisa ikut. Meta anak yang riang meskipun kedua kakanya membencinya namun ia selalu ingin berusaha agar terjalin keakraban, tapi hal itu selalu di tolak oleh kakak-kakaknya .
Dengan perubahan yang sangat membuat hati meta merasa terharu, kedua kakaknya tak seperti biasanya bersifat lembut dan ramah sembari menyapa meta yang sedang makan siang, ”adikku sayang sini kakak suapin, ” sapa selfi langsung menarik piring nasi meta, ”iya dong nih kakak bawaiin susu buat kamu”, tambah puji menghampiri sambil membawa segelas susu. Meta tersenyum dan tak terpikirkan olehnya akan hal  yang negatif, meta menerima semua perlakuan baik kedua kakaknya.
Setelah selesai makan kedua kakak meta mengajaknya untuk jalan-jalan sekitar rumah, metapun mau, dan berangkatlah mereka dengan penuh keakraban, di tengah jalan puji dan selfi mengatur siasat untuk mencelakakan meta, mereka terpisah dengan sandiwara keduanya meta di tinggal sendiri di tengah jalan besar, selfi dan puji bersembunyi, senantiasa melihat perbuatan yang mereka suruh orang untuk melakukannya, yaitu merusak wajah selfi dengan pura-pura menabrak dengan motor dan menyiram dengan air keras, hingga rusaklah wajah selfi  dan langsung di bawah ke rumah sakit.
Kedua orang tua selfi dan puji tak bisa berbuat apa-apa dan tak bisa menyalahkan siapapun, karena memang di jelaskan kedua kakak selfi sebuah kecelakaan , selagi keduanya pergi dan tak ada siapapun di rumah yang menjaga meta saat puji sekolah dan selfi bekerja padahal semua itu bohong. Selam beberapa bulan meta koma dan sadar semuanya berubah termasuk wajah selfi yang tak di bayangkan sebelumya oleh meta, ” tidaaaaaaaaaaaak, ini bukan aku bu’, pak’, peluk meta sedih mendekap kepangkuan kedua orang tuanya, kesedihan mereka terlihat tak sanggup melihat kesedihan meta saat di bawah pulang  yang sungguh tak berdaya.
Meta lumpuh dan ia selalu diam dan hanya bisa menangis, pengakuan orang-orang setelah sekian lama baru terungkap, akhirnya selfi dan puji di usir oleh orang tuanya , meskipun pak ahmad dan bu marya sangat tau mereka adalah anak-anaknya terutama puji, penyesalan meraka tak di perdulikan. Setelah kepergian puji dan selfi dari rumah entah kemana, meta di bawah ke luar negeri untuk di operasi plastik. Wajah meta berubah varas sosok lain, dan ia tak percaya dan beberapa kali bertanya” ini bukan aku” katanya sering, karena wajahnya tak lagi seperti meta yang dulu, dan metapun dengan segala keikhlasan hati telah memaafkan semua kesalahan kedua kakanya, dan akhirnya diajaklah mereka tinggal bersama, serta kedua orang tuanyapun menyadari akan semua perlakuan mereka selama ini yang tak adil.                                                                                                                                                            

                                    Selesai .



Nama         : Naziroh 2007112012
Kelas: 6. A
MENGEJAR CINTAMU

Berkulit putih, tinggi, cantik, dan rambut terurai panjang ialah fisik dari Tessa. Ia merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, Putri dari pasangan Tn. Tendra dan Ny. Marissa. Tessa adalah seorang remaja yang sibuk dengan urusan fashion selama SMA, karena  Tessa dan dua temannya yaitu Tia dan Rani selalu mengikuti trend.
Kedua orang tua Tessa mengharapkan Tessa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, seperti di perusahaan yang berbeda. Orang tua Tessa tidak pernah memaksakan kehendak Tessa ingin melanjtkan pendidikan kemana yang penting Tessa tidak putus sekolah.
Laki-laki mana yang tidak tertarik dengan sosok perempuan seperti Tessa, walalupun ia merupakan siswi yang tidak pernah mendapat nilai lebih dari tujua, itupun hasil menyontek dari teman-temannya. Tessa hanya tertarik pada seorang pemuda yang pendiam, tampan, dan cerdas disekolahnya.
Tessa   :  Hi Ifan, boleh aku duduk disini? (duduk di depan Ifan)
Ifan     :  Yah, tidak ada yang melarang
Tessa   :  Emm, kamu baca buku apa?
Ifan     :  Kamu tahu kan di perpus, tempat baca buku bukan tempat ngobrol.
            Tessa selalu menarik perhatian Ifan, namun Ifan tidak pernah peduli. Saat kelulusan SMA, Ifan melanjutkan ke perguruan tinggi masuk ke fakultas hukum. Tessa ikut tes dengan fakultas dan Universitas yang sama dengan Ifan.
            Suasana tes berlangsung.

Tessa   :  Hi . . .  siapa nama kamu?
Andy   :  Hi juga, aku Andy, kamu?
Tessa    : Aku Tessa, soal tesnya sulit sekali aku tidak bisa jawab, emmm . . . boleh aku menyontek jawaban kamu Andy?
Andy   :  (sambil) tertawa kecil) he . . he . .  kamu lucu yach . . . ya udah boleh, lihat saja dari kursimu, tapi hati-hati ada pengawas.
Tesssa  :  Ok, terima kasih eah . . ..
            Pengumuman tiba,
Tessa    :  Ow . . . Andy terima kasih berkat kamu aku lulus.
Andy   :  (tersenyum) aku seneng mendengarnya kalau kita sama-sama lulus, semoga kita satu kelas yaaah....
Tessa    :  Eh, hi Ifan . . . selamat bertemu di kelas yang sama denganku da . . .  (meninggalkan Ifan)
Orang tua dan saudara Tessa tidak menyangka Tessa yang hobi dengan urusan fashion mengambil fakultus hukum. Namun, mereka tetap mendukung. Dua semester ia lalui lumayan baik, tentu saja hasil nyontek dari temannya.
Tessa melamun sambil berkata
Tessa    :  Ifan kan smart, keren, perpect . .  , pasti karakter gadis yang dicari harus smart, cantik, perpectlah . . . nach . .  aku IQ pas-pasan.
Andy   :  tentu saja kamu harus giata belajar, supaya kamu bisa smart seperti Ifan.
Tessa    :  (kaget) eh . . .  Andy, benar sih apa yang kamu katakan, kamu harus bantu dan support aku yaah . . .
Andy   :  OK

            Semester demi semester ia lalui, Tessa tidak pernah lupa dengan teman-temannya, ia juga selalu menyisihkan waktu untuk belajar. Akhirnya tibalah saatnya semester tujuh nilai-nilainya semakin baik.
            Suasana Tessa bimbingan dengan dosen yaitu Tn. Arif. Ada seorang gadis bernama Donna melayangkan surat ke pengadilan. Ia melaporkan bahwa ayahnya bernama Tn. Bento dibunuh oleh ibu tirinya bernama Ny. Mareta. Ny. Mareta yang saat itu telah meminta Tn. Arif menjadi kuasa hukumnya.
            Dua kali persidangan telah dilalui namun Ny. Mareta belum bisa membela diri. Di ruangan tertutup  Tn. Arif menyuruh Ny. Mareta mengakui bahwa dirinya bersalah.
Tn Arif        :   Ny. Mareta akui saja kesalahan anda itu, semua cerita anda itu, semua bohong kan. . . ?! (dengan nada tinggi)
Ny. Mareta :   Untuk apa saya datang meminta pertolongan anda, kalau bukan untuk membela diri karena saya tidak bersalah.
Tn. Arif       :   Terserah anda, saya tidak bisa bantu (meninggalkan tempat).
            Ny. Mareta menemui Tessa.
Ny. Mareta :   Tessa, hanya kamu yang dapat membantuku karena hanya kamu yang percaya denganku.
Tessa           :   Iya, tapi kita tidak akan menang, karena saya hanya mahasiswi biasa.
Ny. Mareta :   Saya yakin kamu bisa Tessa . . .saya serahkan sama kamu Tessa . . .. (Langsung pergi)
Tessa           :   Ok (terdiam)
Di persidangan yang ketiga dilanjutkan
Hakim         :   Ny. Mareta mana kuasa hukum anda?
Ny. Mareta :   sebentar lagi, dia akan datang.
           Saat pintu terbuka, semua mata tertuju pada sosok wanita dewasa yang menghampiri.
Tessa           :   (sambil bergaya) Selamat Pagi semua . . .!
Hadirin        :   pagi! (dengan berbagai pujian)
Ny. Mareta  :   Inilah kuasa hukum saya.
Tn. Arif       :   Tessa, kamu masih mahasiswi, bagaimana mungkin kamu dapat mengalahkan dosen kamu.
Andy           :   (sambil berbisik) wow... Tessa kamu tampak dewasa dan cantik.
Hakim         :   baiklah sidang dibuka kembali
                        Donaa, silahkan kamu ceritakan kejadiannya.
Donna         :   Waktu itu saya mandi agak lama karena saya keramas dahulu, setelah mandi saya ke kamar mengerol rambut, saya mendengar teriakan ayah saya langsung berlari ke kamar Ayah dan terlihat Ayah terbaring dengan tertusuk pisau  dan disana Ibu tiriku yang  jahat Ny. Mareta memegang pisau. Saya teriak . . . hingga Feri yang menunggu di ruang keluarga langsung menghampiri. Feri saksinya (Feri ialah pacar Donna).
Ny. Mareta dan Donna berdebat.
Tessa           :   Nn. Donna Tolong anda ceritakan kembali!
Donna menceritakannya, Tessa pun mengulangi pertanyaan yang sama  dan jawaban Donna sama.
Tessa           :   Bercerita mengenai Fashion (yang tentu saja menyimpang)
Suasana ricuh, karena hadirin bingung.
Hakim         :   Nn. Tessa persidangan masih berlangsung.
Tessa           :   Saya tahu, ini ada hubungannya dengan kasus ini, ini ada hubungannya dengan kasus ini yang mulia, karena dimana-mana tidak ada orang yang mengerol rambut dalam keadaan rambut basah kuyup.
Akhirnya Donna mengakui
Donna         :   Aya saya dibunuh oleh Fero, pacar saya tapi berhubung saya mencintai Feri dan saya sangat membenci Ny. Mareta yang telah mengalihkan perhatian Ayah saya ke Dia. Jadi saya balikkan fakta.
Ny. Mareta tidak berbukti bersalah, Feri ditahan dan Donna juga mendapat ganjaran.
Akhirnya Tessa resmi mendapat gelar sarjana Hukum dan menjadi pengacara muda. Berbagai pujian tertuju kepadanya. Bahkan Ifan-pun yang dahulunya tidak pernah tertarik menjadi tertarik kepada Tessa. Namun, Tessa tidak peduli dengan Ifan, karena Tessa telah resmi berpacaran dengan Andy.
Orang tua Tessa, saudara dan teman-temannya bangga atas prestasi yang Tessa raih. Merekapun merayakan kesuksesan Tessa, dan hubungan Tessa dan Andy.

                                                                                   
Karya :   Naziroh




NAZIROH  2007112012
Kelas: 6. A

RAPUHNYA  PERSAHABATAN


Zia merupakan siswi yang cukup berprestasi di sekolahnya walaupun selalu juara dua di SMP tapi pada UAN ia meraih nilai tertinggi dari beberapa sekolah di desanya. Zia mempunyai teman bernama Ria, mereka dua remaja yang telah bersahabat sejak kecil. Usia Zia lebih muda satu tahun dari usia Ria. Mereka tinggal di desa Tanjung Piang, rumah mereka hanya berjarak sekitar lima puluh meter.
Zia seorang gadis yang pendiam, rajin beribadah  dan jarang keluar pagar rumah kecuali sekolah dan urusan yang benar-benar penting. Ria adalah gadis cantik yang selalu membuat laki-laki tertarik. Kebiasaan Ria juga tidak jauh berbeda dengan kebiasaan Zia, yang rajin beribadah.
Tiga tahun mereka tidak bersama karena Zia dan tidak satu SMP, sekolah mereka berlawanan arah, walaupun jarak rumah mereka tidak jauh mereka sangat jarang bertemu dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Dua sahabt ini dipertemukan lagi di SMA. Mereka kembali akrab seperti duli. Setiap ada urusan sekolah mereka selalu berdua. Selain Ria,, Zia mempunyai teman-teman yang sudah akrab dari SMP yaitu Anel, Lidia dan Vita.
Walaupun Zia tidak cantik namun lumayan banyak anak lak-laki yang menyukainya. Selama kelas satu dan dua SMP mantan pacarnya empat orang. Semua satu kelas dengannya, karena ia bertujuan supaya anak laki-laki itu nilainya tidak menurun.
Kelas satu SMA ia berpacaran lagi dengan anak laki-laki bernama Deri, orang tua Deri sangat sejutu dengan hubungan mereka. Walauipun Zia berpacaran dengan Deri, Zia tidak pernah lupa dengan sahabatnya bahkan mereka selalu bertiga. Hubungan pacaran itu berakhir pada saat berakhirnya kelas satu.
Kelas dua SMA, Ria berpacaran dengan kakak kelas bernama Ribki atau akrab disapa Kiki dan Zia berpacaran dengan teman Kiki bernama Amir Hamzah atau akrab disapa Amir. Namun Amir tidak satu sekolah dengan mereka.
Orang tua Amir dan keluarga besar Amir sangat mendukung hubungan mereka, begitu pula orang tua Zia, karena Amir rajin beribadah dan bukan seperti anak laki-laki yang lain. Walaupun Amir anak orang yang tergolong ekonomi sangat rendah, namun tampang dan ibadahnya sangat bisa diandalkan.
Suatu ketika hubungan Ria dan Kiki berakhir, diduga mengkhianati Ria, walaupun tidak terbukti.
Ria       :   Aku mau putusin Kiki Zi.
Zia       :  Loch kenapa Ri. . . pasti kamu lebih percaya isu-isu gak jelas itu daripada Kiki.
Ria       :   Tapi keputusan aku sudah bulat.
Zia       :   Ya sudah, aku Cuma bisa kasih saran ”pikir-pikir dulu” (dan pergi).
Hubungan Ria dan Kiki tetap berakhir walaupun isu itu tidak pernah terbukti benar.
Kiki tidak pernah menyerah, ia masih sering ingin datang ke rumah Ria pada jadwal ngapel (ngobrol malam minggu) dengan perantara Amir, dan Kiki perantara Zia, Kiki perantara Zia, untuk memastikan si perempuan atau tidak mengapel.
Setiap Amir ke tempat Ria pasti lebih dari lima belas menit bahkan setengah jam.
Kiki     :  Napa ya Zi, setiap Amir kesana pasti lama apa jangan-jangan sekalian ngapel.
Zia       :   emm, gak boleh ngomong kayak gitu ki, gak mungkinlah mereka tega sama kita.
Kiki     :   Buktinya selalu lama, aku kan udah bilang kalau emang Ria gak mau ya udah, gak usah dipaksa yang penting aku udah usaha. (sambil tersenyum)
            Amir datang. . .
Amir    :   Ria gak mau Ki, aku udah bujuk, tapi tetap gak mau.
Kiki     :   Ya udah kalo dia gakmau, gak usah dipaksa, aku balik dulu yach . . . (meninggalkan Amir dan Zia)
Sebelum jam tujuh pagi, Zia dan teman-temannya duduk-duduk di pintu gerbang sekolah mereka, teman Amir lewat . . .
Ria       :  Ijal . . . salam buat Amir dari Zia
Zia       :   Iih . . apaan sih Ri . . . gak lucu deh . ..
Ria       :   Ya udah kalo gak mau. Jal . . . salam buat Amir dari aku.
Rizal    :   Iya, ntar disalamin
Setiap pagi selalu seperti itu, bahkan Ria dan Amir udah sering saling titip salam lewat teman Amir tanpa sepengetahuan Zia.
Di suasana ngobrol malam minggu antara Zia dan Amir di teras atas rumah Zia.
Zia       :   emm... beda banget yaah, sekarang kamu dn ria sudah sering saling titip salam yaaah . .
Amir    :   salam biasalah Zi . .  gak mungkinlah kita seperti itu apalagi Ria kan teman dekat kamu.
Zia       :   (dengan nada tinggi) Udahlah . . . ngaku aja, aku udah tau semua, jujur aja deh . . .
Amir    :   Ok, aku jujur . . . Sebenarnya aku penasaran dengan perasaan Ria kepada aku. Jadi aku respon balik. Aku ngapelin dia ternyata diterima, akhirnya berlanjut. Tapi itu semua Cuma rekayasaku koq
Zia       :   Jadi selama kita jadian kamu khianatin aku, ya udah  kamu sama Ria ajalah . .
Amir    :   Zi . .  please . .  maafin aku, beri aku kesempatan, aku gak akan ngulangi hal itu lagi, itu Cuma rekayasa Zi . . aku cuma cinta sama kamu bukan Ria.
Zia       :   Okey . . . aku maafin, tapi kamu balik aja deh aku males ngobrol ma kamu, aku ngantuk.
Malam itu Zia tidak langsung tidur melainkan menulis surat buat Amir sambil menangis. Surat itu hanya berisi kata ”Putus” dengan tinta merah.
Pagi hari Zia semangat ke sekolah, Zia bertemu dengan teman Amir yang satu sekolah dengan Amir lalu ia titipkan surat itu.

Zia dan ria ngobrol berdua.
Zia       :   Sejak kapan hubungan kamu dan Amir Ri?
Ria       :   Ngomong apa sih Zia . .  jangan nuduh yang bukan-bukan deh  . . .
Zia       :   Udahlah Ri... aku udah tau semua, sejak kapan kamu jalanin ini semua?
Ria       :   Sejak kamu pacaran dengan Amir jalan Tiga bulan-an.
Zia       :   Ow . . . bagus, jadi selama ini kamu khianatin aku. Ria  . .  walaupun usia kamu lebih tua dari aku satu tahun, tapi kenapa malah aku yang lebih dewasa dari kamu, aku selalu ngalah, sekarang aku relain Amir buat kamu (langsung pergi)
Akhirnya hubungan Amir dan Zia berakhir. Keluarga Amir kecewa, persahabatan Zia dan Ria yang selalu membuat orang-orang iri-pun rapuh.
Setelah lulus SMA, Zia melanjutkan ke perguruan tinggi ke luar kota, karena Zia yakin pendidikan lebih penting daripada harus mikirin mereka. Kini, semua perlahan berlalu,namun sakit hati Zia masih membekas sehingga sulit untuk memulai hubungan pacaran dengan laki-laki.
Sekian
                                                            

                                                                         ( Karya   :  Naziroh )











Nama: Naziroh 2007112012
Kelas: 6. A

KISAH TAK BERUJUNG

Kisah ini menceritakan tentang perasaan kagum seorang gadis bernama Zearah kepada seorang pemuda bernama Vandier. Berawal dari perkenalan, pertemanan, kemudian mnjadi persahabatan yang membuat orang – orang disekitar mereka iri akan keakraban dan kekompakan mereka.
Vandier           : ” Adik... gak seru yah kalo kita panggil kakak atau adik”
Zearah             : ” Iya nieh kak… jadi baiknya panggil apa ya...?”
Vandier           : “ Emm, gimana kalo kita panggil mama dan papa aja…?”
Zearah             : ” Ach, gak seru kak... panggil mimi dan pipi aja yaah...”
Vandier           : ” Wow ide bagus tuch dik, ya udah mulai sekarang kita resmi panggil mimi dan pipi. Kakak dipanggil pipi dan adik dipanggil mimi.

                        Kebersamaan yang hanya satu bulanan itu, membuat benih – benih kagum Zearah tersebut menjadi cinta. Zearah mengekost bersama temannya yang bernama Yayu, yang tentunya kostnya berdampingan dengan kost Vandier. Hari – harinya selalu diisi dengan kesibukan, keceriaannya bersama Vandier, membuat Zearah lupa bahwa ia belum lama kehilangan seseorang yang pernah singgah dihatinya. Tiada hari tanpa mereka bergurau, masak berdua, makan malam berdua, dan asyik berdua.
Karena keakraban  antara Zearah dan Vandier, Zearah tidak menyadari bahwa ada seorang pemuda bernama Andra yang memperhatikannya. Sebenarnya Zearah juga menaruh perhatian terhadap Andra namun, karena Zearah dan Andra sama –sama ’jaim’ yang membuat perasaan itu hanya sebatas hubungan pertemanan.
Perdebatan antara Zearah dan Andra hampir setiap hari terjadi karena sifat Zearah yang selalu membanggakan dan manja terhadap Vandier dan membuat Andra selalu memojokkan Zearah di depan Vandier karena Vandier yang selalu Zearah banggakan sudah memiliki kekasih. Sedangkan Zearah memojokkan Andra karena akrab dengan seorang gadis yang semua orang  tahu kalau gadis itu liar, sexy, dan tidak pantas dengan karakter Andra yang seperti seorang ustast muda.
Andra  : ” Eh Zea, kamu tuch gak malu apa. Vandier yang selalu kamu banggakan itu udah punya pacar”
Zearah : ” Emang kenapa kalo kak Vandier udah punya pacar? Kami kan hubungan kakakdan adik.
Andra : ” ow hubungan seperti itu yang kamu sebut kakak adik, seperti bukan kakak adik tau....”
Zearah : ” gak usah komentar orang deh, mending kak Andra urusin aja gadis sexy yang kakak dekatin itu. Ok!”
Andra  : “ jangan fitnah yah, kamu gak tau apa – apa. Kakak dekat sama dia bukan berarti pdkate tapi Cuma teman biasa”
Zearah : ” Ach mau ngeles lagi (dan pergi).

                        Andra tidak mengerti bahwa Zearah cukup perhatian dan peduli terhadapnya atau memang hanya trik Andra untuk menyita perhatian Zearah. Tapi, yang jelas sering terjadi perdebatan dan saling memamerkan keakraban bersama gebetan masing – masing.
            Suatu ketika Vandier pindah kost yang jauh dari kostannya yang lama. Zearah merasa kehilangan, hari – hari Zearah sunyi. Andra memojokkannya  saja Zea tidak peduli. Andra merasa simpati kepada Zearah karena tidak pernah Zearah sediam itu.

Andra  : ” Eh Zea, kamu kenapa. Merasa kehilangan yah, benar kan... kak Vandier itu udah punya pacar. Udah jangan sedih lagi kan masih ada kak Andra ”
Zearah : ” ( senyum dan pergi ).

            Sebulan dari kepindahan Vandier, Zearah dan Yayu pindah kost juga. Kostan mereka lumayan jauh dari kostan mereka yang lama. Namun, kostan Zearah yang baru ini dekat sekali dengan kampus Andra dan Vandier. Bebrapa hari setelah Zearah dan Yayu pindah Andra menelpon Zearah berharap ingin bersilaturrahmi. Namun, Zearah tidak percaya dan lagi – lagi Zearah membanggakan dan membandingkan antara Vandier dan Andra.

            Telepon genggam Zearah berdering.
            Andra  : “ Assalamu ‘alaikum Zea…?”
Zearah : “ Wa’alaikum salam, eh kak Andra ada apa kak?”
Andra  : “ Zea, kak Andra boleh main ke rumah Zea gak...?”
Zearah : “ Gak boleh kak.”
Andra  : “ yah Zea, kok gak boleh sieh... Zea becanda kan?! Boleh kan Zea...”
Zearah : ” ( nada tinggi ) udah dibilang gak boleh yah gak boleh. Kak Vandier aja gak pernah main kesini, eh kak Andra mau malah mau main kesini”
Andra  : ” Ih, Zea spontan amat sieh... banding – bandingin kak Andra sama Vandier lagi.  Ya udah kalo gak boleh. Mulai sekarang kita gak usah kenal lagi.
Zearah : ” Ya udah terserah.

Andra sangat kecewa dan marah kepada Zearah, karena ternyata Zearah yang ia kagumi masih saja seperti yang dulu tidak mau tahu tentang perasaan orang yang peduli dengannya.
Akhirnya Andra tidak peduli lagi dengan Zearah. Hubungan pertemanan antara Andra dan Zearah musnah tak tersisa.
Hubungan Zearah dan Vandier juga tak seakrab seperti dahulu bahkan perlahan rapuh. Kini, kisah itu tak seindah dan semulus seperti apa yang diimpikan Zearah karena semua hanyalah kisah yang tidak diketahui bagaimana ujungnya.

Karya : Naziroh
  
Nama                   : Naziroh 2007112012
Semester     : 6. A


CUKUP HARI INI


            Aku berjalan di area Enam Belas Ilir Palembang sambil mendengarkan lagu – lagu di Ipod melalui headset. Kulihat Jembatan Ampera yang masih berdiri kelihatan kokoh walaupun tidak kokoh lagii. Aku berjalan lagi dan kulihat sebuah Masjid Agung di seberangnya terdapat bangunan dinamakan Benteng kuto Besak dan Museum.

            Setelah satu persatu ku tatap dari kejauhan, aku duduk di tepi Sungai Musi dan kulepas headset ditelingaku. Kunikmati gemuruh angin dan riak ombak Sungai Musi sambil menyantap makanan ringan. Tiba – tiba ada seorang pemuda berkacamata hitam menghampiriku lalu memetik gitar dan melantunkan sebait lagu Bento single dari Iwan Fals.
Pemuda              : “ hi… namaku Bento rumah releste, mobilku banyak, dan harta       berlimpah…”
Lirik itu diulang beberapa kali, hingga aku berpikir  pemuda ini pamer, promosi, mengharap recehan atau jangan –jangan pasien rumah sakit jiwa. Dengan hati – hati kuberikan ia uang receh Rp 1.000.

Aku                 : “ nieh…” (memberikan uang )
Pemuda           : ( dengan kegirangan) “ Terima kasih, aku mau beli mobil buat kamu sayang, tapi kamu jangan tinggalin aku lagi yaah…
Aku                 : ( dengan merinding ) “ Iya, aku akan tetap disini.
                        Saat pemuda itu pergi, adaseorang bocah menghampiriku.
Bocah              : “ Mbak, pria tadi tuch stress”.
Aku                 : (dengan kaget) “ apa stress,, stress kenapa Dik…?”
Bocah              : “ Dia stress karena ditinggal pacarnya. Pacarnya lebih memilih pria lain yang bermobil daripada dia”.
Aku                 : “ Ya udah kalo gitu makanan ini buat Adik saja” ( dan pergi menjauhi tempat itu).

            Aku melangkah lagi, kulihat beberapa orang memancing di sungai musi. Ada yang sambil melamun, ada yang sambil mendengarkan musik dari telpon genggam dan ada yang sambil mengobrol. Tiba – tiba salah satu kail dari mereka bergerak.

Ali                   : “ Eh, aku dapat nieh… pasti ikannya besar”
Adi                  : “ Ayo tarik yang kuat Li, tarik terus…”
Ali                   : “ Eh, gak bisa… ayo bantuin”
Anto                : “ Wah, jadi penasaran “
“ Satu, dua, tiga…masih gak bisa nih, coba kita lempari batu jangan – jangan buaya”.
Ternyata seekor buaya yang siap menyantap mangsa.
“ Wah, kita sial ayo kabur…”

            Aku yang melihat dari kejauhan – pun jantungku hampir copot, apalagi mereka. Sungguh, kejadian hari ini tak dapat aku bayangkan, aku bergegas pulang ke kontrak – an, aku berharap kejadian seperti ini cukup hari ini saja terjadi dan semoga tidak terulang lagi.









Nama         : Naziroh 2007112012
Semester     : 6. A

RODA KEHIDUPAN

            Di sebuah kontrakan sederhana, tinggallah keluarga harmonis Pak Santo dan istrinya Bu Siti dengan putri mereka satu – satunya bernama Anti. Pak Santo bekerja sebagai kuli bangunan, walaupun gajinya pas – pas’an  namun, ia hidup harmonis bersama keluarganya. Bu Siti tidak berkerja ia sebagai ibu rumah tangga, dan Anti masih duduk dikelas lima SD (Sekolah Dasar).

            Pagi hari Bu Siti berbelanja sayuran di pasar, diperjalanan pulang tiba – tiba ada sebuah mobil mewah melintas cepat dan menabrak Bu Siti. Saat warga berdatangan pemilik mobil panik  dan langsung tancap gas. Kecelakaan itu mengakibatkan Bu Siti lumpuh.

            Satu tahun berlalu setelah setelah kecelakaan itu.
Pak santo            : “ Sudah satu tahun gajiku habis cuma untuk pengobatan ibu saja. Tapi, tetap saja tidak ada hasilnya.”
Bu Siti                : “ Tapi sekarang ibu sudah bisa duduk di kursi roda pak“
Pak Santo           : (dengan nada tinggi) “ memang dengan kamu duduk di kursi roda itu kamu bisa menghasilkan uang, mau apa – apa saja masih Anti yang bantuin “
Bu Siti                : (sambil menangis) “ Ma’afin ibu pak, ini semua bukan kehendak ibu “
Anti                    : (keluar dari kamarnya, dengan nada lembut) “ Kenapa bapak jahat sama ibu, Anti ikhlas kok bantuin ibu, lagian ini semua kan kehendak Allah pak  “
Pak Santo           : (dengan nada tinggi dan menampar Anti) “ Diam kamu, anak tidak thu diri “
Bu Siti                : (dengan nada tinggi) “ Pak..! lebih baik bapak pergi dari sini..! “
Pak Santo           : “ Eh, memang aku mau pergi, percuma punya istri penyakitan seperti kamu dasar tidak berguna “ ( dan pergi)
Bu Siti                : “ Ya Allah tabahkanlah hati kami “.
Tiga bulan setelah Pak Santo pergi dari rumah. Saat Bu Siti dan Anti selesai sholat isya’
Bu Maria            : (dengan nada tinggi) “ Siti… Siti…  cepat buka  pintunya Siti…!
Bu Siti                : (sambil membuka pintu) “ Ada apa Bu Maria? “
Bu Maria            : “ sudah tiga bulan kamu tidak bayar kontrak – an, silahkan kamu tinggalkan tempat ini “
Bu Siti                : “ Ma’af bu kami tidak punya uang untuk membayarnya, beri kami waktu, kami hanya punya uang segini ( uang seribuan lima lembar)“
Bu Maria            : “Kamu pikir uang segitu cukup, ( menyuruh anak buahnya) “ cepat usir mereka, dan kosongkan tempat ini karena sudah ada yang mau mengontrak di tempat ini”.

Bu Siti dan Anti diusir dari kontrakannya. Mereka hidup dijalanan, mereka tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup ini”.

            Suatu hari di pasar ada seorang ibu kerampokan. Ibu itu bernama bu sarah, ia membawa tas yang berisi telpon genggam, dompet, Atm dan lainnya, karena Bu Sarah terburu – buru ia mengendarai taxi yang ternyata perampok. Masih untung Bu Sarah dapat melarikan diri hingga sampailah ia di sebuah pasar. Ia terlihat kebingungan dan sedih tentunya.

Bu Siti                : “kenapa Bu..? “
Bu sarah             : (denagn sedih) “Saya kerampokan di taxi bu, makanya sekarang saya bisa melarikan diri kesini “
Bu Siti                : “Mungkin uang ini cukup untuk ibu pulang (memberikan uang Rp 50.000 “
Bu Sarah            : “ ini banyak sekali bu, bagaimana dengan ibu? “
Bu Siti                : “ uang itu tabungan kami untuk menyewa rumah, tapi sekarang yang lebih membutuhkan adalah ibu. Mari saya antar ke depan “
Bu Sarah            : “ Terima kasih banyak bu, saya tidak akan lupa denagn jasa ibu “

Keesokan hari, bu Sarah dan suaminya Pak Andre mencari Bu Siti dan putrinya.
Pak Andre          : “ Dari tadi kita sudah keliling pasar ini tapi tidak ketemu juga. Kita harus cari kemana lagi Ma…? “
Bu Sarah            : “ Kemarin mereka berjualan kue di sekitar sini Pa, nah… tuh mereka.”
Pak Andre          : “ (kaget) Ma, itu orang yang pernah Papa tabrak satu tahunan yang lalu, ternyata ia masih hidup, dan gara – gara Papa ia harus duduk dikursi roda. Ppa harus minta ma’af  pada mereka Ma “.

            Akhirnya Pak Andre dan Bu Sarah meminta ma’af kepada Bu Siti. Karena Bu Siti mema’afkan, Pak andre dan Bu Sarah menghadiahkan rumah yang sederhana dan warung makan sebagai mata pencaharian Bu Siti untuk melanjutkan pendidikan Anti yang sempat terputus.

Nama  : Neri Novita
NIM    : 2007112014
Aktivitas di Pagi Hari

                            Pagi hari, ku melangkahkan kaki menuju Sungai Musi, dinginnya angin berhembus menusuk tulang-tulang ku, matahari pun belum menampakkan sinarnya, kami hirup udara subuh yang sangat segar seakan bisa menghangatkan tubuh kami yang tengah rapuh dari kehidupan. Kami duduk di tepi Sungai Musi sambil sesekali mengalunkan lagu yang keluar dari mulut kami menambah ketenangan jiwa kami.
                            Suara bising  kendaraan yang berada di atas Ampera menambah semangat ku di pagi itu, suara bising kapal air yang lalu lalang melintas di depan kami menampakkan semangat para pekerja untuk mencari nafkah, para nelayan yang memasang jaring-jaringnya dengan sabar mereka menunggu untuk mendapatkan seekor ikan.
                            Ketika kami sedang asik melihat para pekerja yang mondar-mandir di depan kami, seseorang dari kami  yang bernama Resti mengajak nelayan yang ada disana untuk berbincang-bincang
                Resti                : Pagi pak?
                Naelayan         : Ya, pagi juga nak..!!
                Resti                : Apakah setiap hari bapak mencari ikan seperti ini??
                Nelayan           : Ya nak, inilah mata pencaharian bapak untuk menghidupi keluarga bapak
                Resti                : Berapa banyak ikan yang bapak peroleh setiap harinya??
                Nelayan           :Tidak tentu nak, terkadang bapak mendapat banyak ikan, dan terkadang juga tak seekor pun ikan yang bapak dapat.
                Resti                : Ya, sabar saja ya pak, begitulah hidup.
                                          Ya, terimakasih ya pak untuk waktunya
                Nelayan           : Ya nak
                            Tidak lam kemudian  matari sudah menampakkan sinarnya  dan hangatnya sinar matahari dapat menghangatkan tubuh kami yang tengah rapuh, aktivitas pagi itu pun sudah tampak ramai, kendaraan juga sudah menghiasi jembatan Ampera.
                Kami pun memutuskan untuk segera pulang…SEKIAN
               
               


































Cinta Hanya Sebatas Mimpi

            Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang mengagumi seorang laki-laki, dimana laki-laki itu adalah sahabat dari kakanya sendiri. Gadis itu bernama  Fitri dan laki-laki itu bernama Aldo. Kisah ini bermula ketika Aldo berkunjing ke rumah Fitri karena ingin menemui kakaknya Fitri yang bernama Endro.
Aldo    : “Assalmualaikum”
Fitri     : “Waalaikum salam”
Aldo    : Fit, Endronya ada?
Fitri         : Ya, tunggu sebentar akan saya panggilakn (Fitri memanggil kakaknya) Kak, ada Aldo, di depan
Endro : Ya, suruh saja dia masuk
Fitri     : Ya, kak
(menemui Aldo dan menyuruhnya untuk masuk)
Aldo    : Ya, terimakasih

            Tidak lama kemudian Endro menemui Aldo dan mereka berdua pergi entah kemana
            Awalnya Fitri tidak begitu memperhatikan Aldo karena Aldo adlaha  sahabt kakaknya sendiri, tetapi lama-kelamaan karena sering bertemu benih-benih cinta itupun tumbuh seiring berjalannya waktu.
Aldo yang sering memandang Fitri dengan matanya yang tajam sering membuat Fitri salah tingkah.
           
            Suatu hari Aldo dan Fitri bertemu, akhirnya mereka ngobrol dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Fitri pun memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah mulai gelap begipun denga Aldo.

            Waktu menunjukkan pukul delapan malam, diman pada saat itu Fitri bersama keluarganya sedang asik menonton televise, ditengah asiknya menonton televise tiba-tiba handphone kakaknya berdering dan Fitri yang mengangkatnya, karena handphone sudah ditangannya akhirnya Fitri memutuskan untuk mengecek sms yang masuk di handphone kakanya tersebut. Beberapa menit kemudian Fitri membaca sms kakaknya dari Aldo yang isinya “Endro saya sedang bersama pacar saya”
 Berdetak jantung Fitri terasa mau putus membaca sms dihandphone kakaknya tersebut, merasa tidak puas Fitri menanyakan langsung kepada kakaknya.
Fitri     : (dengan sedikit gugup) Kak, apakah Aldo itu sudah punya pacar?
Endro : Ya, Aldo sudah punya pacar, ada apa?
Fitri     : Tidak apa-apa (Terdiam)
           
            Beberapa minggu kemudian Fitri merasa sudah tenanag walaupun hatinya merasa terluka. Fitri tidak ingin lagi terlalau berharap dia menganggap kalau ssemua itu tidak pernah terjadi.

            Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah hampir liam bulan. Suatu hari Fitri berkunjung ke rumah temannya tidak jauh dari kediamannya. Disana Fitri dan temannya bercerita dengan asik, ditengah perbincangan Fitri dan temannya itu tiba-tiba Aldo dating menghampiri mereka, Aldo dengan raut wajahnya yang kelihatan muram menyapa Fitri.
Aldo    : Hai Fit..?
Fitri     : Hai juga..!
              Ada apa??
Aldo    : Tidak ada apa-apa
Fitri     : Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan…??
Aldo    : Jangan kau tangya lagi Fit..
Fitri     : Memangnya kenapa??
Aldo    : Aku sudah tidak berhubungan lagi sama dia..
Fitri     : Kenapa??
Aldo    : Nanti kamu apsti akan tau sendiri
Fitri     : Ya, sudah kalau begitu
              (dalam hati bertanya-tanya)
            Mendengar pernyataan Aldo Fitri bersikap santai karena dia tidak mau rasa itu tumbuh lagi
            Suatu hari Aldo berkunjung ke rumah Fitri ingin bertemu dengan kakaknya Endro, tidak sengaja disana Aldo bertemu dengan Fitri dulu, dan akhirnya Aldo memutuskan untuk berbincang dengan Fitri, akjirnya Fitri dan Aldo menjadi akrab karena sering curhat denagn Fitri.
Akhirnya pun Fitri dan Aldo menjadi teman curhat….SEKIAN


(cerita ini juga dapat dibaca di www.reswingokil.blogspot)













Nama  : Neri Novita
Nim     : 2007112014

Cinta Hanya Sebatas Mimpi

            Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang mengagumi seorang laki-laki, dimana laki-laki itu adalah sahabat dari kakanya sendiri. Gadis itu bernama  Fitri dan laki-laki itu bernama Aldo. Kisah ini bermula ketika Aldo berkunjing ke rumah Fitri karena ingin menemui kakaknya Fitri yang bernama Endro.
Aldo    : “Assalmualaikum”
Fitri     : “Waalaikum salam”
Aldo    : Fit, Endronya ada?
Fitri         : Ya, tunggu sebentar akan saya panggilakn (Fitri memanggil kakaknya) Kak, ada Aldo, di depan
Endro  : Ya, suruh saja dia masuk
Fitri     : Ya, kak
(menemui Aldo dan menyuruhnya untuk masuk)
Aldo    : Ya, terimakasih

            Tidak lama kemudian Endro menemui Aldo dan mereka berdua pergi entah kemana
            Awalnya Fitri tidak begitu memperhatikan Aldo karena Aldo adlaha  sahabt kakaknya sendiri, tetapi lama-kelamaan karena sering bertemu benih-benih cinta itupun tumbuh seiring berjalannya waktu.
Aldo yang sering memandang Fitri dengan matanya yang tajam sering membuat Fitri salah tingkah.
           
            Suatu hari Aldo dan Fitri bertemu, akhirnya mereka ngobrol dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Fitri pun memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah mulai gelap begipun denga Aldo.

            Waktu menunjukkan pukul delapan malam, diman pada saat itu Fitri bersama keluarganya sedang asik menonton televise, ditengah asiknya menonton televise tiba-tiba handphone kakaknya berdering dan Fitri yang mengangkatnya, karena handphone sudah ditangannya akhirnya Fitri memutuskan untuk mengecek sms yang masuk di handphone kakanya tersebut. Beberapa menit kemudian Fitri membaca sms kakaknya dari Aldo yang isinya “Endro saya sedang bersama pacar saya”
 Berdetak jantung Fitri terasa mau putus membaca sms dihandphone kakaknya tersebut, merasa tidak puas Fitri menanyakan langsung kepada kakaknya.
Fitri     : (dengan sedikit gugup) Kak, apakah Aldo itu sudah punya pacar?
Endro  : Ya, Aldo sudah punya pacar, ada apa?
Fitri     : Tidak apa-apa (Terdiam)
           
            Beberapa minggu kemudian Fitri merasa sudah tenanag walaupun hatinya merasa terluka. Fitri tidak ingin lagi terlalau berharap dia menganggap kalau ssemua itu tidak pernah terjadi.

            Waktu terus berlalu, tidak terasa sudah hampir liam bulan. Suatu hari Fitri berkunjung ke rumah temannya tidak jauh dari kediamannya. Disana Fitri dan temannya bercerita dengan asik, ditengah perbincangan Fitri dan temannya itu tiba-tiba Aldo dating menghampiri mereka, Aldo dengan raut wajahnya yang kelihatan muram menyapa Fitri.
Aldo    : Hai Fit..?
Fitri     : Hai juga..!
              Ada apa??
Aldo    : Tidak ada apa-apa
Fitri     : Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan…??
Aldo    : Jangan kau tangya lagi Fit..
Fitri     : Memangnya kenapa??
Aldo    : Aku sudah tidak berhubungan lagi sama dia..
Fitri     : Kenapa??
Aldo    : Nanti kamu apsti akan tau sendiri
Fitri     : Ya, sudah kalau begitu
              (dalam hati bertanya-tanya)
            Mendengar pernyataan Aldo Fitri bersikap santai karena dia tidak mau rasa itu tumbuh lagi
            Suatu hari Aldo berkunjung ke rumah Fitri ingin bertemu dengan kakaknya Endro, tidak sengaja disana Aldo bertemu dengan Fitri dulu, dan akhirnya Aldo memutuskan untuk berbincang dengan Fitri, akjirnya Fitri dan Aldo menjadi akrab karena sering curhat denagn Fitri.
Akhirnya pun Fitri dan Aldo menjadi teman curhat….SEKIAN














Nama  : Neri Novita
Nim     : 2007 112 0

Kematian Yang Tragis

            Seorang gadis bernama Sinta yang pekerjaannya adalah seorang guru di sebuah Sekolah yang terpencil dan amat jauh dari tempat tinggalnya. Dulunya Sinta mempunyai  kekasih bernam Jaka, kurang lebih satu tahun mereka merajut tali cinta, entah dengan alasan apa Sinta memilih laki-laki lain untuk pendamping hidupnya.
            Ketika Sinta pergi, dimana Sinta ingin melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru di desa terpencil yang jauh dari tempat tinggalnya, dengan melewati pohon-pohon tinggi dan jalanan yang sepi untuk menuju ke Sekolah tersebut, Sinta terus melaju dengan mengendarai sepeda motor.
            Setibanya di Sekolah, Sinta menuju ruang guru..
Sinta                :“Assalamualaikum”
Ibu Situ           : “Waalaikum saalm”
Sinta                : Masih sepi ya bu..??
Ibu Siti                        : Ya…
Sinta                : Yang lain pada ke mana..??
Ibu Siti                        : Belum dating
Sinta                : (duduk dikursi yang sudah biasa ia duduki selama bertugas di Sekolah itu)

            Lima belas menit kemudian guru-guru yang lain mulai berdatangan…
            Bel tanda masuk kelas pun berbunyi (…….)
            Sinta dan guru-guru yang lainnya pun mulai beranjak masuk ke kelas mereka masing-masing
Sinta    : Selamat pagi anak-anak…??
Siswa   : (serentak)
              Selamat pagi bu guru…
Sinta    : Apa kabarnya hari ini…??
Siswa   : (serentak)
              Baik bu…
            Sinta duduk di kursi dan megabsen para siswa-siswinya
Sinta    : Masih ingat pelajaran kita minggu kemarin…
Siswa   : (serentak)
              Ya bu…
Sinta    : Apa coba…??
Siswa   : Tentang persajakan bu..
Sinta    : Ya, betul sekali…
              Sekarang ibu tanya, persajakan itu apa saja…??
Siswa   : (salah siswa menjawab)
               Personifikasi, metafora, hiperbola, dan laian-lain..
Sinta    : Bagus sekali, anak ibu pintar semua..
              (sambil tersenyum)

            Tiba-tiba disaat Sinta mengajar, handphone bergetar dari saku celana Sinta, nomor pribadi memanggil, denagn cepatnya Sinta langsung mericjeknya saja, tapi handphone Sinta berulang kali bergetar, Sinta merasa itu penting dia langsung keluar dan mengangkat handphonennya.
Sinta    : Hallo, assalamualaikum…
Jaka     : (dengan suara yang samara-samar)
              Apa benar ini dengan saudari Sinta…??
Sinta    : Ya, saya Sinta…
              Maaf ada perlu apa…??
Jaka     : Anda diminta segera pulang sekarang, karena keluarga anda ada yang meninggal dunia…
Sinta    : Apa…??
Jaka     : Jangn banyak tanya, pulanglah segera…
            Tanpa basa-basi lagi dengan keadaan panic, Sinta meninggalkan kelas dan menuju ruang guru dengan meneteskan air mata
Ibu Siti                        : (dengan heran)
Ada apa Sinta…??
Sinta                : Tadi saya mendapat kabar, kalau keluarga saya ada yang meninggal dunia, dan saya diminta agar segera pulang bu..
Ibu Siti                        : Innalillahi wainnailaihiroji’un…
                          Yang sabar Sinta…
Sinta                : bu, tolong izinkan saya kepada kepala sekolah ya bu…
Ibu Situ           : Ya, pasti ibu izinkan
                          Hati-hati Sinta…
Sinta                : Assalamuaikum…

            Sinta bergegas pulang dengan mengendarai motornya, dengan perasaan yang tak karuan Sinta mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal
Ditengah perjalanan  di temapt yang sepi, tiba-tiba ada kayu yang tergeletak ditengah jalan...serentak motor yang dikendarai Sinta menabrak pohon dan tubuh Sinta pun terhempas jauh dari motor yan dikendarainya…
Jaka melihat kejadian itu dan tanpa basa-basi lagi Jaka langsung membuang mayat Sinta ke danau yang tidak jauh dari tempat kejadian….SEKIAN


           





Penyesalan Seorang Anak

            Kisah ini menceritakan sosok seorang ibu yang rapuh, dia hidup seorang diri, dia tinggal di tepi rel kereta api yang kumuh, jauh dari keramaian. Tempat tinggal yang tak selayaknya di huni kini dia tempati sebagai tempat untuk berteduh. Ibu ini mempunyai seorang anak perempuan yang cantik, dimana anak perempuan itu bernama Sarah, tapi kini Sarah pergi meninggalkan ibunya karena dia tidak mau hidup susah seperti ibunya.
            Sarah yang kini tinggal di rumah yang mewah bersama keluarganya tidak peduli lagi dengan ibu yang telah melahirkan dia dan yang telah membesarkannya sejak kecil kini dia tinggalkan. Sarah sekarang tinggal bersama suami dan anaknya,
            Suatu hari terlintas dalam benak ibunya untuk bertemu dengan anak perempuannya yang sudah lam meninggalkan dia, tak lama kemudian terlintas dalam benaknya untuk menemui Sarah ke kota, dia ingin melihat keadaan anak semata wayangnya itu.
Kesokan harinya ibu pergi ke kota, dengan bermodalkan kerinduan yang mendalam terhadap anaknya tersebut, dengan hati yang senang dia terus melangkahkan kakinya yang sudah rapuh, dia yakin kalau dia pasti akan bertemu dengan anaknya tersebut. Langkah demi langkah ia jalani tanpa rasa letih, tubuhnya yang sudah rapuh membuatnya terpapah-papah tapi rasa kasih sayangnya terhadap anakanya membuat dia terus semanagat mencari alamat yang beberapa waktu lalu ia dapatkan dari tetangganya.
            Hari sudah mulai gelap, begitu pun denagn ibu yang sudah mulai lelah melangkah, akhirnya ibu memutuskan untuk beristirahat sejenak melepas lelahnya.
            Kesokan harinya dia mealnjutkan perjalanannya untuk mencari anaknya, tidak lama ibu itu menemukan alamat yang terdapat dalam sobekan kertas kecil yang ia dapatkan dari tetangganya.
            Ibu berdiri di depan gerbang yang tinggi, mengelilingi rumah mewah dan megah, seakan dalam hatinya berkata “apakah ini memang rumah Sarah anakku??” sempat terlintas dalam benaknya rasa heran yang mendalam.
Tidak lam kemudian, ada seorang satpam yang menghampiri ibu itu da berkata “ada yang bisa saya bantu?”, ibu “ya nak apakah ini benar rumahnya Sarah?”  Satpam “ya benar bu, ada apa?”, Ibu “say ini ibunya Sarah, apakah say bisa bertemu dengan anak saya?”, dengan ramahnya satpam itu berkata “ya, silakan masuk bu, akan saya panggilkan”
Tidak lama kemudian Sarah keluar dari rumah, Sarah tercengang dan heran kalau ada ibu yang sudah tua berdiri dihadapannya, tidak lama kemudian Srah langsung memeluk ibunya dan berkat Maafkan Sarah bu, Sarah sudah menyia-nyiakan ibu, Sarah menyesal bu..
Akhirnya Sarah dan ibunya kini hidup bahagia…..SEKIAN





(cerita ini juga dapat dibaca di www.reswingokil.blogspot)







Nama  : Neri Novita
Nim     : 2007112014

Penyesalan Seorang Anak

            Kisah ini menceritakan sosok seorang ibu yang rapuh, dia hidup seorang diri, dia tinggal di tepi rel kereta api yang kumuh, jauh dari keramaian. Tempat tinggal yang tak selayaknya di huni kini dia tempati sebagai tempat untuk berteduh. Ibu ini mempunyai seorang anak perempuan yang cantik, dimana anak perempuan itu bernama Sarah, tapi kini Sarah pergi meninggalkan ibunya karena dia tidak mau hidup susah seperti ibunya.
            Sarah yang kini tinggal di rumah yang mewah bersama keluarganya tidak peduli lagi dengan ibu yang telah melahirkan dia dan yang telah membesarkannya sejak kecil kini dia tinggalkan. Sarah sekarang tinggal bersama suami dan anaknya,
            Suatu hari terlintas dalam benak ibunya untuk bertemu dengan anak perempuannya yang sudah lam meninggalkan dia, tak lama kemudian terlintas dalam benaknya untuk menemui Sarah ke kota, dia ingin melihat keadaan anak semata wayangnya itu.
Kesokan harinya ibu pergi ke kota, dengan bermodalkan kerinduan yang mendalam terhadap anaknya tersebut, dengan hati yang senang dia terus melangkahkan kakinya yang sudah rapuh, dia yakin kalau dia pasti akan bertemu dengan anaknya tersebut. Langkah demi langkah ia jalani tanpa rasa letih, tubuhnya yang sudah rapuh membuatnya terpapah-papah tapi rasa kasih sayangnya terhadap anakanya membuat dia terus semanagat mencari alamat yang beberapa waktu lalu ia dapatkan dari tetangganya.
            Hari sudah mulai gelap, begitu pun denagn ibu yang sudah mulai lelah melangkah, akhirnya ibu memutuskan untuk beristirahat sejenak melepas lelahnya.
            Kesokan harinya dia mealnjutkan perjalanannya untuk mencari anaknya, tidak lama ibu itu menemukan alamat yang terdapat dalam sobekan kertas kecil yang ia dapatkan dari tetangganya.
            Ibu berdiri di depan gerbang yang tinggi, mengelilingi rumah mewah dan megah, seakan dalam hatinya berkata “apakah ini memang rumah Sarah anakku??” sempat terlintas dalam benaknya rasa heran yang mendalam.
Tidak lam kemudian, ada seorang satpam yang menghampiri ibu itu da berkata “ada yang bisa saya bantu?”, ibu “ya nak apakah ini benar rumahnya Sarah?”  Satpam “ya benar bu, ada apa?”, Ibu “say ini ibunya Sarah, apakah say bisa bertemu dengan anak saya?”, dengan ramahnya satpam itu berkata “ya, silakan masuk bu, akan saya panggilkan”
Tidak lama kemudian Sarah keluar dari rumah, Sarah tercengang dan heran kalau ada ibu yang sudah tua berdiri dihadapannya, tidak lama kemudian Srah langsung memeluk ibunya dan berkat Maafkan Sarah bu, Sarah sudah menyia-nyiakan ibu, Sarah menyesal bu..
Akhirnya Sarah dan ibunya kini hidup bahagia…..SEKIAN



 Persahabatan Yang Abadi

            Kisah ini bermula ketika mereka duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, kisah empat oarng sahabat ayitu Amel, Fitri, Memei dan seorang cowok yang bernama Edo.
Keempat oaring ini bersahabat semenjak SMP, dimana persahabatan mereka ini sangat rukun dan akur. Suatu hari Fitri bercerita kalau ia menyuaki Edo kepada Amel, tapi Fitri berharap kalau rasa itu hanya sebatas kagum saja karena dia tahu kalau Memei juga menyukai Edo.
            Senin, pagi ahri Fitri dan Amel sedang duduk didalam kelas, mereka berdua tengah asik ngobrol tiba-tiba Edo datang menghampiri mereka. Serentak denyut jantung Fitri berdetak lebih kencang dari biasanya ketika Edo dating mengahmpiri mereka, Edo menatap Fitri dengan tajam,  tidak segan-segan Edo mengatakan perasaannya kepada Fitri. Edo “Fit, aku ingin jujur kepada mu”, Fitri menjawab “Jujur apa Do???”, Edo “Fit, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan ini kepada mu, sebenarnya aku menyukaimu Fit!!!”, Fitri kaget mendengar perkataan Edo kepadanya, Fitri hanya bisa diam dan menunudukan kepalanya. “Fit bagaiamana jawabanmu??” kata Edo. Do kamu tahu kan kalau selama ini kita bersahabat, dan kamu pasti tahu juga kalau Memei menyukai kamu?? Apa maksudmu?? Kata Edo kepada Fitri. Kamu harus pikirkan perasaan Memei, karena jika Memei tahu semua ini dia pasti akana menbenciku. Fitri dan Amel pergi meninggalakan Edo.
Persahabatan mereka mulai sedikit renggang karena kejadian kemarin, Edo dan Fitri pun menjadi salah tingkah jika bertemu.
            Berpa hari kemudian, Fitri memutuskan untuk berbicara kepada Edo dan kedua temannya, karena Fitri merasa bersalah atas semua ini. Fitri memutuskan hanya berteman saja dengan Edo demikian pun dengan Edo, karena mereka merasa kalua persahabatan yang mereka bina selama ini lebih dari segalanya, dan tidak ada yang bisa menghancurka persahabata yang dibina dengan hati yang ikhlas.
            Akhirnya Fitri, Amel, Memei dan Edo tetap bersahabatan samapai kapan pun, dan mereka berjanji akan tetap menjaga persahabatan yang telah mereka bina sapai akhir hayat karena persahabatan adalah segalanya….SEKIAN